kawan 2-0?
Ya, sepakbola indah, karena, kemenangan Napoli atas Bayern Muenchen di semi-final tahap pertama Kejuaraan Eropa Piala UEFA itu bukan saja berkat konsep sepakbola mereka yang penuh variasi. Lebih dari itu, kemenangan mereka terjadi berkat adanya "kombinasi sepakbola samba" yang menawan itu antara Maradona dan Careca.
Konsep yang diterapkan pelatih Napoli Ottavia Bianchi dikombinasikan dengan kesenimanan para pemainnya, terbukti cukup merepotkan pasukan yang dilatih pelatih Jupp Heynckes. Terutama di menit ke-40, yakni ketika Reuter, pemain Bayern berusia 22, kehilangan bola di kaki Maradona yang membuat Careca mencetak gol pertama bagi Napoli.
Dan, saat menegangkan bagi Bayern dimanfaatkan dengan baik oleh Carnevale. Carnevale yang sudah dapat dipastikan akan absen di Muenchen akibat kartu kuning yang didapatnya dalam pertandingan di Napoli itu, memang melakukan tugasnya secara baik dengan mencetak gol kedua bagi Napoli di menit ke-50.
Apakah dengan kalah dua gol tanpa balas itu, klub Jerman Barat yang dilatih bekas pemain Borussia Muenchen-gladbach berusia 43 itu tak cukup mengesankan?
Flick Dan Reuter
Kekuatan itu memang ada. Karena, selain di Bayern ada pelatih dengan rekor prestasi 30 kali main untuk tim nasional Jerman Barat, di sana juga ada Klaus Augenthaler, 31. Bek bertinggi badan 183 cm dan berat 81 kg dan telah 14 kali memperkuat tim nasional ini telah pula dipercaya Franz Beckenbauer untuk memperkuat pertahanan tim nasional Jerbar melawan Belanda 26 April
nanti.
Augenthaler boleh dikatakan telah menunjukkan permainan yang baik, tetapi tanpa bantuan rekan-rekan lainnya, ia tidak mampu melakukan sesuatu yang mengejutkan. Padahal, untuk meredam serangan Napoli yang berbahaya: Carnevale di kiri, Careca di kanan, dan Maradona sebagai pemain ketiga yang sewaktu-waktu muncul dari lini tengah, Jupp Heynckes telah menugaskan Hans Flick, Stefan Reuter, dan Erland Johnsen, untuk masing-masing mengawal Maradona, Careca, dan Carnevale.
Namun, apa daya, di Napoli sendiri bukan saja ada kehebatan si arsitek kemenangan Maradona, tetapi juga ada kehebatan dribblingnya Careca dan Carnevale, serta buldozer lini tengah De Napoli dan pemain asal Brasil lainnya, Alemao. Dan, Bayern pun menyadari bahwa Napoli bukanlah kaliber Inter Milan yang bisa diutak-atik.
Mengecewakan
Di Bayern sendiri pemain gelandang menyerang yang bermain baik adalah Kogi, yang tinggi badannya cuma 170 cm dan berat 65 kg. Permainan Ludwig Kogi lebih baik dibanding Olaf Thon yang berbakat besar namun masih harus menempuh dulu jalan yang panjang itu.
Teknik yang dimiliki Kogi bahkan telah menimbulkan kekaguman Maradona, Careca, maupun Alemao. Beruntunglah Napoli, karena pemain berusia 23 tahun yang datang ke Bayern tahun 1984 itu tidak memiliki kemampuan melakukan penyelesaian akhir yang baik. Meskipun demikian, bagi para penggemar sepakbola di Italia, aksi-aksi Kogi yang mencatat 2 kali main di tim nasionalnya ini merupakan sesuatu yang tetap dikenang dan pantas ditonton 19 April nanti di Muenchen.
Setelah pertandingan yang mengecewakan klub Jerman Barat di Stadion Sao Paolo itu, Jupp Heynckes sendiri mengakui: Napoli terlalu energik dan dinamik bagi Bayern yang main agak apatis.
Meskipun demikian, bukan berarti Napoli akan mudah menghadapi perlawanan Bayern yang punya motivasi tinggi itu di Stadion Olimpia, Muenchen, Rabu nanti. Dan, motivasi ini pun bukan tidak didukung catatan prestasi yang meyakinkan: 159 kali ikut pertandingan kompetisi klub tingkat Eropa (Piala Champion, Piala Winner, dan Piala UEFA) dengan 89 kali menang, 35 kali kalah, 35 kali seri, serta 347 kali memasukkan gol dan 170 kali kemasukan.
(Penulis: Pearcy Stuart, Mingguan BOLA Edisi No. 268, Minggu Ketiga April 1989)
Editor | : | Caesar Sardi |
Komentar