Turnamen grand slam Australia Terbuka baru menjadi ujian pertama. Pintu masih terbuka buat para pelatih tersebut untuk menunjukkan hasil sentuhan mereka di turnamen mendatang.
“Australia turnamen resmi pertama kami. Saya puas dengan segala hal yang telah kami bicarakan dan kerjakan. Langkah kami memang terhenti di perempat final, tapi baru awal tahun dan kita lihat saja apa yang akan terjadi berikutnya,” ujar Novak Djokovic di BBC.
Apakah berganti-ganti pelatih bisa menjamin kesuksesan? Jangan tanyakan hal itu pada Nadal karena ia selalu ditangani pamannya, Toni Nadal, sejak kecil dan mengaku tak berminat merekrut mantan pemain top.
“Kalau saya bermain jelek, hal itu karena kesalahan saya. Namun, bila saya tampil bagus, semua karena kerja tim. Saya tak pernah memecat satu pun anggota tim,” begitu yang diucapkan pemain Spanyol itu sebelum Australia Terbuka.
Stanislas Wawrinka adalah pemain yang beruntung karena mendapat pelatih yang mampu meningkatkan performanya. Sejak dilatih Magnus Norman, mantan pemain Swedia, April 2013, Wawrinka mampu menembus 10 besar dunia dan untuk pertama kali ke semifinal grand slam di AS Terbuka, meskipun di usia yang terlambat, 28 tahun.
Puncaknya tentu saja saat ia menjadi kampiun di Melbourne Park, dengan melibas para pemain yang sudah bertahun-tahun tak mampu dikalahkannya, Djokovic dan Nadal.
“Saya jadi lebih percaya diri. Saya sadar, setiap kali memasuki lapangan saya bisa mengalahkan siapa pun, bahkan di turnamen besar,” kata Wawrinka mengenai hasil kerja pelatihnya.
Di bawah Norman, Wawrinka mengaku bisa bermain lebih cepat di garis belakang, lebih agresif, dan berani mengambil risiko.
Sumber: Harian BOLA; Penulis: Rahayu Widiyarti
Editor | : | Eko Widodo |
Komentar