an. Beberapa pemain Indonesia juga masih wira-wiri di liga-liga luar negeri pada tahun 1980-an. Namun, para pengimpor pemain Indonesia hanya sebatas klub-klub di kawasan Asia.
Era 1980-an
Ristomoyo
Klub: Selangor FA (Malaysia)
Tahun: 1986
Ristomoyo nyaris saja terlewatkan dari timnas kalau saja Sinyo Aliandoe tak menangkap bakatnya. Sebelumnya, ia bermain untuk Caprina, klub asal Bali yang berkompetisi di Galatama. Pemain yang beroperasi di bek kiri itu langsung mendapat tempat di timnas meski klubnya diduga terlibat pengaturan skor.
Kemampuannya memikat petinggi klub asal Malaysia, Selangor FA. Seusai tampil membela Tim Merah-Putih di ajang Kualifikasi Piala Dunia 1986. Ia diboyong ke Negeri Jiran.
Ricky Yacobi
Klub: Matsusita FC (Jepang)
Tahun: 1988
Setelah moncer bersama klub-klub legendaries, Arseto Solo, BPD Jateng dan PSIS Semarang, Ricky tampil gemilang di timnas. Aksi menawan Ricky Yakobi di Asian Games 1986 Korea Selatan memikat salah klub Jepang, Matsusita FC (Gamba Osaka).
Gol spektakulernya ke gawang Uni Emirat Arab waktu itu mengejutkan banyak pihak. Termasuk Matsusita FC yang langsung mengontraknya.
Sayang, akibat gagal beradaptasi dengan cuaca dingin, ia hanya mencetak satu gol dari empat laga yang dijalani di Negeri Sakura. Meski demikian, berkarier di Liga Jepang sangat berkesan baginya. Nama Yacobi yang terkenal hingga sekarang ia dapatkan di Jepang, mengikuti pengucapan nama dengan bahasa Jepang.
Robby Darwis
Klub: Kelantan (Malaysia)
Tahun: 1989-1993
Tak berselang lama, Indonesia kembali mewakilkan satu nama lagi ke Negeri Jiran. Masih di penghujung 80-an, kali ini giliran punggawa Persib Bandung, Robby Darwis. Dikontrak tiga musim oleh Kelantan FC, Robby menerima gaji lumayan. Waktu itu, ia mendapat gaji 17 ribu dolar AS per bulan pada saat kurs Rp 2.500, yakni berkisar Rp 42 juta.
Jumlah fulus yang diterima Robby dari Kelantan termasuk besar untuk ukuran gaji pesepak bola Indonesia pada era tersebut. Sayangnya Robby tak bisa menuntaskan kontrak hingga satu musim. Pasalnya, ada ia terkena hukuman tak boleh tampil selama tiga bulan lantaran dituduh melakukan pemukulan terhadap pemain lawan saat Kelantan menghadapi Singapura.
Gara-gara hukuman yang didapatnya di Liga Malaysia itu buntutnya Robby tak bisa tampil di ajang SEA Games 1989. Kasus ini dicurigai akal-akalan Malaysia untuk menjegal Robby memperkuat Indonesia kala itu.
"Sebetulnya kontrak saya dengan Kelantan belum habis. Tapi saat itu saya tidak diberi izin oleh PSSI untuk kembali ke Malaysia.Mungkin PSSI masih kesal karena saya tak bisa tampil di SEA Games," tutur Robby, mengenang momen buruk tersebut.
(Artikel ini direproduksi dari Mingguan BOLA edisi 2.525. Penulis: Ario Yosia, Wiwig Prayugi)
Editor | : |
Komentar