JUARA.NET - Metode baru dalam mendeteksi doping yang lebih cepat dan mudah pada Olimpiade Tokyo 2020 kemungkinan bakal diterapkan oleh Badan Anti-Doping Dunia (World Anti-Doping Agency/WADA).
Maret lalu, Komite Olimpiade Internasional, WADA, dan perwakilan badan anti-doping dari beberapa negara membentuk sebuah komite guna mengembangkan metode baru untuk mendeteksi doping dalam seorang atlet.
Dilansir Juara.net dari Dailymail.co.uk, penerapan metode baru yang dinamai tes anti-doping DBS (Dried Blood Spot) tersebut rencananya akan diterapkan pada Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing, China.
Baca Juga : Usai Juarai Singapore Open 2019, Tai Tzu Ying Prioritaskan Hal Ini
Akan tetapi, metode anyar tersebut tampaknya berpotensi digunakan lebih cepat yakni pada Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang.
"Kami sedang melakukan banyak penelitian untuk meningkatkan metode deteksi doping dan salah satu proyek yang sedang berlangsung adalah DBS," ucap Direktur Umum WADA, Olivier Niggil.
"Metode tersebut mampu membuat pengujian anti-doping jauh lebih cepat dan lebih murah, dan itu sangat menjanjikan," ucap dia lagi.
Tes DBS sebelumnya telah dikembangkan oleh Badan Anti-Doping Amerika Serikat.
Berbeda dengan metode ekstraksi darah dari pembuluh vena atlet, pengujian DBS bisa dilakukan dengan prosedur yang lebih tidak menyakitkan, lebih cepat, mudah, dan murah.
Cara tersebut ialah dengan menusuk salah satu jari tangan dengan jarum hingga mengeluarkan darah, kemudian meneteskan darah tersebut pada kertas khusus yang mampu menyaring zat-zat terlarang yang digunakan untuk doping.
Melalui metode tersebut, sampel-sampel darah juga akan lebih menghemat ruang penyimpanan, dan mudah dibawa.
Selain itu, sampel dari metode DBS juga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama andai sewaktu-waktu memerlukan analisis ulang.
Editor | : | Imadudin Adam |
Sumber | : | Dailymai.co.uk |
Komentar