Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Gairah Baru di Pulau Garam

By Senin, 14 Januari 2013 | 12:17 WIB
Budi Sugiyanto (17/P-MU), wakil masyarakat Madura di pentas sepak bola nasional. (Stefan Sihombing/BOLA)

Madura United menjadi simbol kebangkitan sepak bola Madura. Diawali dengan finis di urutan keempat Divisi Utama musim lalu, klub yang sebelumnya bernama Persepam Madura United itu berhak promosi ke Liga Super Indonesia 2013.

Eksistensi P-MU di kompetisi kasta tertinggi bukan kebetulan. Butuh waktu yang tak sedikit serta kerja keras tokoh penggiat sepak bola setempat untuk mem­bangun fondasi tim ini. Maklum, tak cukup hanya dana besar untuk membawa tim berjulukan Sapi Kerap ini sampai ke LSI, mereka juga harus memutar otak dan mengerahkan tenaga.

“Kami bersama stakeholder sepak bola Madura memang berkomitmen untuk membesarkan tim ini dengan segala potensi. Kami berharap, dengan munculnya P-MU di LSI, ada stimulan bagi masyarakat Madura untuk ikut serta membina dan membesarkan sepak bola di daerahnya,” kata Achsanul Qosasih, manajer P-MU.

Sepak bola Madura memang tergolong lambat dibanding daerah lain. Puluhan tahun klub-klub di Madura, seperti P-MU, Perseba Super, dan Perssu Sumenep FC didirikan, namun baru musim ini ada klub yang merepresentasikan Pulau Garam.

Tidak mudah bagi klub asal Madura untuk muncul ke permukaan karena tak sedikit yang menganggap kultur masyarakat Madura sulit membuat olah raga selain aktivitas karapan sapi bisa maju. Belum lagi stigma bahwa masyarakat Madura berkarakter keras dan sulit menerima masukan.

“Stigma buruk inilah yang harus diubah. Masyarakat Madura saat ini sudah lebih terbuka dan berpikiran maju. Madura sekarang adalah Madura baru yang akan berkembang pesat dan siap bersaing dengan daerah lain, khususnya di sektor sepak bola,” ujar Achsanul.

Jaring Sponsor

Sebagai tim promosi, kemampuan menjaring sponsor guna membiayai operasional klub patut diacungi jempol. Meski angka yang dikantongi dari sejumlah sponsor saat ini masih tergolong kecil (Rp3,5 miliar) jika dibanding estimasi anggaran klub selama semusim (Rp12 miliar), upaya tersebut patut diapresiasi.

“Semua berkat keseriusan dan peran serta masyarakat Madura dalam membesarkan sepak bola di daerahnya. Tanpa mereka, kami tidak akan mampu ber­buat banyak. Dukungan semua pihak membuat P-MU eksis hingga kini,” kata Achsanul.

Sejak awal musim, klub asuhan Daniel Roekito tersebut berganti nama dari Persepam Madura United menjadi P-Madura United. Hal ini tak lepas dari keinginan seluruh pencinta sepak bola Madura yang menginginkan tim ini menjadi milik seluruh masyarakat Madura, bukan lagi milik Kabupaten Pamekasan, Madura.

“Kami diprotes oleh pen­dukung di Sumenep, Sampang, dan Bangkalan. Mereka meng­anggap P-MU adalah milik Madura, bukan daerah tertentu di Madura. Sesuai dengan keinginan kami untuk melebarkan sayap, akhirnya kami berganti nama,” ujar Achsanul.

Ekspektasi masyarakat terhadap P-MU memang besar. Indriyanto Nugroho dkk. diharap­kan mampu mewujudkan ambisi bertahan di LSI musim depan.
“Kami percaya, dengan materi seperti sekarang ini, tim mampu bersaing dengan yang lain,” ujar Daniel. (riz)

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P