Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Putih) tengah dilanda krisis. Bundesliga 1998/99 hanya menyisakan tiga partai lagi dan Bremen tertahan di peringkat 15.
Empat belas tahun silam, Schaaf membawa keajaiban ke Weserstadion. Bremen memenangi dua dari tiga laga terakhir dan finis di peringkat 13 klasemen akhir Bundesliga.
Bukan sekadar berhasil menyelamatkan klub dari degradasi, Schaaf kemudian juga memastikan Bremen merangsek ke jajaran papan atas Jerman. Sepak terjang Schaaf bersama klub yang berdiri pada 4 Februari 1899 tersebut kian menggila.
Di bawah arahan Schaaf, Bremen menyuguhkan sepak bola menyerang yang sederhana tetapi efektif. Strategi yang diterapkan Schaaf membuat Bremen menyandang predikat sebagai salah satu pesaing terberat bagi Bayern Muenchen.
Schaaf mengantar Bremen merebut titel Deutscher Meister 2003/04. Selama empat musim berikutnya, ia mampu menjaga konsistensi anak buahnya dan selalu mengakhiri Bundesliga di posisi tiga besar.
Namun sejak 2009, perjalanan Bremen bak roller-coaster. Klub yang sudah empat kali menjuarai Bundesliga tersebut mengalami kesulitan menjaga posisi di zona Eropa, termasuk di Liga Jerman musim ini.
Hingga spieltag 24, Bremen masih tertahan di posisi ke-15 klasemen sementara Bundesliga 2012/13. Mereka sudah kebobolan 48 gol.
Bremen berada di urutan kedua dalam daftar tim yang paling sering kemasukan gol. Hoffenheim berada di posisi pertama setelah kebobolan 49 gol.
Posisi serta penampilan buruk Nils Petersen dkk. memicu kecaman terhadap Schaaf. Sebagian pendukung Bremen menginginkan pelatih berusia 51 tahun itu segera dipecat.
“Sikap para suporter dapat dipahami. Melihat situasi terkini, wajar jika mereka mengkritik kinerja pelatih,” ucap Manajer Bremen, Thomas Eichin, seperti dilansir Bild.
“Namun kami tidak pernah mendiskusikan soal pelatih. Sejauh ini kami menganggap Thomas Schaaf terikat kontrak hingga 2014,” katanya.
Masalah Komunikasi
Lantas apa yang sebenarnya terjadi di Bremen? Mereka menelan kekalahan beruntun dalam tiga partai terakhir.
Bremen kalah 2-3 dari Freiburg (16/2), 1-6 di kandang Muenchen (23/2), dan 0-1 saat menjamu Augsburg (2/3).
“Di lapangan kami terlalu sering berpikir akan ada pemain lain yang bakal mengatasi masalah yang dihadapi. Terkadang kami bermain terlalu ofensif dan lupa berkonsentrasi dalam menjaga pertahanan,” ujar Schaaf.
“Kami harus lebih aktif dan berkomunikasi dengan anggota skuad lainnya. Kami akan melakukan segalanya untuk menampilkan performa terbaik.”
Well, tiket menuju zona Eropa nyaris mustahil untuk diraih. Tanpa pemasukan dari Liga Champion atau Liga Europa, Bremen bakal mengalami krisis finansial.
Mereka terancam kehilangan para pemain bintang, seperti Marko Arnautovic dan Sokratis Papastathopoulos. Schaaf pun mengaku pasrah jika harus kehilangan pekerjaan di satu-satunya klub yang pernah dibelanya.
“Saya masih punya keinginan dan kemampuan untuk mengangkat prestasi klub ini. Akan tetapi, para pimpinan yang akan mengambil keputusan soal masa depan saya,” ujar Schaaf yang tercatat sebagai pelatih yang paling lama bercokol di satu klub Bundesliga.
Akhir pekan ini Bremen bakal bertandang ke markas Borussia Moenchengladbach. Kemenangan pada pekan ke-25 (9/3) bukan hanya bisa menghindarkan Bremen dari jerat degradasi, tetapi juga menyelamatkan pekerjaan Schaaf.