Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dua puluh satu tahun silam, saat Premier League baru dihelat, pebola Muslim sungguh janggal. Hanya Nayim, gelandang Tottenham Hotspur berkebangsaan Spanyol, memeluk agama Islam.
Akan tetapi, sebuah pertandingan pada 5 Februari 2012 bisa menggambarkan tren pergeseran. Demba Ba, yang masih memperkuat Newcastle United, menggetarkan gawang Aston Villa pada menit ke-30. Bersama kompatriotnya, Papiss Cisse, Ba mendekati sudut lapangan dan berlutut laiknya hendak salat.
Ya, pemandangan Premier League saat ini memang sungguh kontras. Para pemandu bakat klub-klub Inggris yang mencari talenta di Afrika membuat Premier League kian heterogen. Terbukti, ada 40 pesepak bola Muslim di kompetisi kasta teratas Inggris.
Popularitas dicapai oleh Demba Ba cs. Hebatnya, mereka tak terbawa arus hedonisme seperti pebola tenar di Inggris. Nilai-nilai agama tetap dipegang teguh.
Dalam ajaran Islam, alkohol tentu dilarang. Tengoklah pelajaran dari Yaya Toure tahun lalu. Dia mencetak dua gol ke gawang Newcastle dan menerima penghargaan man of the match . Sesuai tradisi, pahlawan laga berhak mendapat kehormatan membuka botol besar champagne.
"Maaf, aku tidak minum alkohol. Aku Muslim," ujar Yaya Toure seraya menyerahkan botol besar champagne ke Joleon Lescott.
Terkadang tensi memanas. Tak sedikit klub Inggris yang menggandeng perusahaan yang bergerak di bidang judi atau peminjaman uang sebagai sponsor. Pebola Muslim cukup berani menentang aktivitas yang bertentangan dengan ajaran agama.
Cisse bisa jadi referensi. Newcastle baru menggandeng Wonga sebagai sponsor anyar. Perusahaan tersebut memiliki kebijakan pinjaman dengan bunga sebesar 4,124 persen. Tentu saja itu kontradiktif dengan syariat Islam. Sikap Cisse tegas. Dia berniat melucuti jersey The Magpies dari tubuhnya, dengan kata lain hengkang.
Lantas, bagaimana sikap pemain jelang bulan suci Ramadan datang?
Periode ini sejatinya menyulitkan manajer. Kebanyakan bos tentu enggan pemainnya tak mampu menampilkan performa maksimal lantaran tak makan dan minum selama 13 jam. Tak ayal, tawar-menawar terjadi. Sebagian pemain memilih tak berpuasa, minimal pada matchday.
"Manajer selalu tak senang dengan kondisi ini (bulan Ramadan). Tetapi, aku berkata, 'Dengarkan, aku akan tetap melaksanakannya. Bila performa bagus, aku akan tetap bermain. Tetapi bila menurun, silakan singkirkan aku ke bangku cadangan'," kisah Ba.
Tetap saja, masih ada klub yang lebih toleran. Arsene Wenger sadar, timnya dihuni keturunan imigran Prancis yang notabene memeluk agama Islam.
"Arsenal lebih suka bila aku tak berpuasa. Namun, mereka memahami momen ini istimewa untukku. Sehingga, mereka coba memfasilitasi agar kondisiku lebih baik," jelas Abou Diaby.
Manajer The Magpies, Alan Pardew sempat mengkritik Demba Ba. Sang pemain dinilai terlambat panas pada awal kompetisi musim 2011-12. Bulan Ramadan, diklaim Pardew, sebagai penyebabnya.
Tak perlu reaksi Demba Ba. Toleransi dan nada dukungan tercermin dari chant yang dipersembahkan suporter untuk Ba. Berikut lirik chant berjudul "Depeche Mode's Just Can't Get Enough".
Demba scored one since ramadam, he just cant get enough, he just cant get enough
demba scored two since ramadam, he just cant get enough, he just cant get enough
repeat until fourteen then.......
Ba mengakhiri dengan 16 gol khusus pentas Premier League, raihan terbaik sepanjang kariernya. Efek domino terasa di lapangan parkir markas Newcastle.
Bocah-bocah kerap bermain sepak bola di sana. Setiap kali mencetak gol, mereka berlutut seperti selebrasi Ba. Mereka mungkin tak memahami makna gerakan tersebut. Tetapi setidaknya, publik Inggris mulai bersikap toleransi terhadap kaum Muslim.
Laporan Duniasoccer