Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Jadi Gerakan Nasional
Yao juga melihat, perubahan kurikulum yang membuat pelajar harus fokus mengejar nilai akademik, ikut andil menurunkan derajat kebugaran siswa. Siswa menjadi lebih tertutup, cenderung belajar melulu, sehingga melupakan aktivitas gerak.
"Untuk sukses dalam karier, tidak melulu semuanya dari buku pelajaran. Olah raga mengajarkan hal-hal menjadi manusia yang lebih baik. Jadi, untuk sukses di masa depan selain mengejar akademik, juga harus mengembangkan ranah intelektual yang lain lewat olah raga," ucap Yao.
Menurut penelitian Huan Xiong yang dimuat dalam International Review for the Sociology of Sport 2007, partisipasi masyarakat dalam berolah raga sejalan dengan urbanisasi yang terjadi sejak 1980an. Dalam jurnal berjudul "The Evolution of Urban Society and Social Changes in Sports Participation At the Grassroots in China", Xiong mengatakan faktor ekonomi yang dikombinasi dengan faktor geografi, demografi, politik, dan transformasi budaya, adalah penyebab derasnya arus urbanisasi.
Transformasi budaya yang mengarahkan Cina menjadi salah satu negara makmur mempengaruhi masyarakat, terutama anak muda, tentang pentingnya berolah raga. Kebijakan olah raga, konsep, bentuk, dan space adalah empat faktor yang penting dan saling terkait.
Adam Silver, deputy comissioner NBA, juga prihatin atas temuan yang mengejutkan itu. "Fokus Cina meraih medali emas di semua cabang memang tidak salah. Namun, tidak cukup hanya itu," kata Silver, yang akan menggantikan komisioner David J. Stern, mulai Februari 2014.
Rekrutmen siswa usia di bawah 16 tahun dimulai 1 Desember ini. Mereka akan dilatih bola basket oleh ekspert NBA di bawah komando Yao Ming di Wukesong Basketball Park, mulai Februari 2014.
"Saya berjanji mengirimkan tenaga ahli terbaik kami untuk program ini," kata Stern.
NBA juga akan mengirimkan ekspert mereka ke sekolah-sekolah di Cina, bersama tenaga lokal. Yao dipilih sebagai duta karena popularitas dan prestasinya.
Dunia, terutama Amerika, memang peduli pada kondisi itu. Sebab Cina masih menjadi barometer dan cermin kemajuan olah raga dunia. Jika negara berprestasi itu ternyata rapuh pondasinya, bagaimana dengan negara lain, termasuk Indonesia?