Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Cina memang merajai olah raga prestasi dunia, namun dari hasil survei kebugaran nasional untuk pelajar, terjadi penurunan indeks kebugaran generasi muda.
Hasil survei olah raga nasional Cina yang dirilis Agustus lalu, seperti dilansir China Daily, sungguh mengejutkan. Di balik hegemoni prestasi olah raga, ternyata kebugaran generasi muda Cina mengalami penurunan sejak 1995.
Yin Xiuzhu, mahasiswa ilmu politik tahun kedua di Universitas East China, dilaporkan China Daily meninggal dunia saat latihan atletik 28 Mei lalu. Sebelumnya, Qiu Zhixiong, mahasiswa South China University of Technology, juga meninggal dunia saat tes olah raga.
Padahal, Hannah Beech pernah membuat artikel di tahun 2008 berjudul "China's Sports School: Crazy for Gold". Pelatihan di sekolah olah raga Cina memang yang terbaik untuk mereka yang terpilih. Jaminan gizi, masa depan cemerlang, dan persaingan ketat, menjadi pemandangan sehari-hari. Para atlet muda memang dilatih menjadi superb sejak dini.
Itu di level atlet berbakat. Bagaimana dengan mereka yang ditakdirkan jadi orang biasa-biasa saja?
"Telah terjadi penurunan kebugaran di level pelajar dan mahasiswa. Itu sangat mencemaskan saya," kata Yao Ming, mantan center Houston Rockets, dalam jumpa pers di Beijing, Selasa (15/10).
Jumpa pers itu dibuat dalam rangkaian Global Games di Beijing antara LA Lakers vs Golden State Warriors. Bersama NBA, Yao membuat program NBA Yao School. Yao School berisi program ekstrakurikuler bola basket di seluruh Cina.
Tujuannya adalah memberikan latihan ekstra untuk pelajar SMP dan SMA non-atlet, agar kebugaran mereka meningkat. Dalam sistem olah raga Cina, pelajar-pelajar yang potensial atlet, mendapatkan tambahan waktu latihan usai sekolah. Sedangkan yang tidak terpilih, kebanyakan menjadi kutu buku dan academic minded.
"Banyak nilai-nilai sosial yang tidak diajarkan di buku teks. Nilai-nilai itu muncul jika berolah raga," kata Yao, yang jumpa persnya diikuti BOLA via televisi. Nilai yang ia maksud adalah kerja sama tim, disiplin, dan rasa percaya diri.
Dari hasil riset kebugaran di Cina secara nasional itu, ditemukan bahwa anak-anak Cina sejak SD, SMP, dan SMA cenderung mengalami kegemukan (obesitas). Penderita rabun jauh (myopia), yang harus dibantu dengan kacamata minus, juga meningkat. Kebiasaan terlalu sering membaca dan menonton TV diduga menjadi penyebabnya.
Jadi Gerakan Nasional
Yao juga melihat, perubahan kurikulum yang membuat pelajar harus fokus mengejar nilai akademik, ikut andil menurunkan derajat kebugaran siswa. Siswa menjadi lebih tertutup, cenderung belajar melulu, sehingga melupakan aktivitas gerak.
"Untuk sukses dalam karier, tidak melulu semuanya dari buku pelajaran. Olah raga mengajarkan hal-hal menjadi manusia yang lebih baik. Jadi, untuk sukses di masa depan selain mengejar akademik, juga harus mengembangkan ranah intelektual yang lain lewat olah raga," ucap Yao.
Menurut penelitian Huan Xiong yang dimuat dalam International Review for the Sociology of Sport 2007, partisipasi masyarakat dalam berolah raga sejalan dengan urbanisasi yang terjadi sejak 1980an. Dalam jurnal berjudul "The Evolution of Urban Society and Social Changes in Sports Participation At the Grassroots in China", Xiong mengatakan faktor ekonomi yang dikombinasi dengan faktor geografi, demografi, politik, dan transformasi budaya, adalah penyebab derasnya arus urbanisasi.
Transformasi budaya yang mengarahkan Cina menjadi salah satu negara makmur mempengaruhi masyarakat, terutama anak muda, tentang pentingnya berolah raga. Kebijakan olah raga, konsep, bentuk, dan space adalah empat faktor yang penting dan saling terkait.
Adam Silver, deputy comissioner NBA, juga prihatin atas temuan yang mengejutkan itu. "Fokus Cina meraih medali emas di semua cabang memang tidak salah. Namun, tidak cukup hanya itu," kata Silver, yang akan menggantikan komisioner David J. Stern, mulai Februari 2014.
Rekrutmen siswa usia di bawah 16 tahun dimulai 1 Desember ini. Mereka akan dilatih bola basket oleh ekspert NBA di bawah komando Yao Ming di Wukesong Basketball Park, mulai Februari 2014.
"Saya berjanji mengirimkan tenaga ahli terbaik kami untuk program ini," kata Stern.
NBA juga akan mengirimkan ekspert mereka ke sekolah-sekolah di Cina, bersama tenaga lokal. Yao dipilih sebagai duta karena popularitas dan prestasinya.
Dunia, terutama Amerika, memang peduli pada kondisi itu. Sebab Cina masih menjadi barometer dan cermin kemajuan olah raga dunia. Jika negara berprestasi itu ternyata rapuh pondasinya, bagaimana dengan negara lain, termasuk Indonesia?