Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Lukman yang sempat menjadi pelatih di China dan Malaysia itu juga melihat kekurangan yang ada pada atlet-atlet generasi masa depan Indonesia.
Ia menilai pebulu tangkis Indonesia hanya kurang mentalitas oke sebelum bertanding. Berbeda dengan Malaysia dan China yang punya mental baja saat di dalam maupun luar lapangan.
"Skill dan kualitas genggaman tangan terhadap raket, Indonesia masih jauh unggul ketimbang China dan Malaysia. Cuma, mental kita yang harus lebih diasah," ujar Lukman.
Dengan tambahan 32 peserta dari kota Mendoan, tim pencari bakat PB Djarum sudah mengantongi 130 peserta untuk tampil pada babak grand final di Kudus,
Sejauh ini, Purwokerto menjadi sumbangsih terbanyak dan mampu selalu mengukir rekor-rekor baru selama audisi berlangsung. Maka tak ada salanya untuk mengucapkan, Matur Nuwun (terima kasih) untuk Purwokerto.
Pejuang dari Grobogan
Semangat perjuangan untuk menggapai mimpi mendapatkan tiket emas menuju Kudus dilalui pebulu tangkis cilik asal Grobogan, Yarits All Kaaf Rengganingtyas.
Bersama sang ayah, Pramega Gutama, bocah berusia 11 tahun itu datang dari Grobogan ke Purwokerto melalui jalur darat selama delapan jam.
Pramega sebetulnya tak mengarahkan sang anak untuk terjun ke dunia tepok bulu. Namun, Yarits mulai menyukai bulu tangkis ketika sang kakek meminta dirinya untuk bermain bersama.
"Ketika ia berusia lima tahun, ia mulai jatuh cinta dengan bulu tangkis. Semangat Yarits yang membuat saya yakin bakatnya bisa dilanjutkan," tutur Pramega, kepada JUARA.net.