Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Hal inilah yang memicu sebuah insiden yang melibatkan tim dan pendukungnya, dimana hal ini dianggap kurang pantas dibawa dalam ranah sepak bola.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Huffingtonpost mengutip sebuah wawancara dengan Sagara Sumitomo, pensiunan pemimpin panggilan dari kelompok penggemar ultrsa.
Ia menjelaskan bahwa 'para ultras tidak suka Korea.' Artikel ini juga menunjuk ke booing diarahkan pada akuisisi Urawa kala itu oleh seorang kore bernama Lee Tadanari, pemain tim nasional Jepang dari etnis Korea.
Namun, pembacaan yang cermat terhadap wawancara penuh menunjukkan bahwa Sagara tampaknya lebih menggambarkan keadaan tegang saat ini di negara tersebut dan tidak mempromosikan pemikiran rasis.
Dimana para pendukung Ultras yang mulai tak sepemahaman dengan tonggak kekaisan mulai melakukan perlawan melalui jalan yang disebut fanatisme dalam sepakbola.
Menggap sebagai sepakbola adalah suatau lahan raksasa dengan masyarakat luas didalamnya yang dianggap lebih besar dari sebuah negara.
Lambang Che Guevara yang dipajang adalah simbol yang menegasakan kebebasan dan fanatisme dari komunitas Urawa Boys.
Di mana barisan ini mengaku adalah kelompok yang bebas dan tidak trebenlunggu oleh aturan manapun, termasuk otoritas dan ideologi kekaisaran sekalipun. (Afif Khoirul M)