Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Historisitas bermula dari beberapa orang yang menghuni tempat itu, terdiri atas suku Jawa, Kabale, Batak dan Komering.
Kisah pemberian nama ini sukup unik. Bermula dari gagasan Tjik Umar, seorang anggota TNI AD yang bertugas di Kodam Sriwijaya yang termasuk penghuni awal dengan membangun rumah di dalam hutan belukar berawa-rawa.
Umar pada tahun 1972 diangkat sebagai ketua RW oleh warga setempat, ketika pemukiman awal telah cukup berkembang, dan dia menemukan ‘sangat banyak pendatang dari daerah lain.
Namun, kawasan Jakabaring yang dianggap ‘belantara kosong dari manusia’ itu, sesungguhnya telah didiami oleh beberapa orang sejak dekade 1950an.
Sebuah sumber dari karya T Wijaya mengatakan, bahwa sejak tahun 1950an, telah ada 'segelintir orang yang nekat masuk ke daerah itu'.
Dengan bermodal parang, cangkul, serta selembar surat pancung alas, atau surat izin membuka lahan dari pemerintah, mereka selama sepuluh tahun menggarap kawasan yang masih dihuni ular dan buaya.
Namanya begitu menggema dan hingga kini nama tersebut sangat melekat di telinga orang Palembang.
Trasmigrasi dan pertumbuhan penduduk cepat menyebabkan kawasan Jakabaring dikenal luas hingga tahun 90an.
Hiangga akhirnya geliat Jakabaraing mulai terasa ketika pemerintah Sumatera Selatan lewat Gubernur Hsan Basri 1998-2003 menginginkan wilayah tersebut disulap menjadi daerah perkantoran dan kota.
Alhasil daerah tersebut kini semakin maju dan nama Jakabaring sebenarnya diartikan sebagai tanah yang bebas, dimana dahulu kala diduduki oleh Sultan Palembang.
Kini nama Jakabaring terkenal dan menjadi nama salah satu stadion di Plembang yaitu Stadion Jakabaring.