Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Huang Hua dan Pendapatnya soal Performa Sektor Tunggal Putri Indonesia

By Nugyasa Laksamana - Senin, 30 April 2018 | 16:56 WIB
Pebulu tangkis tunggal putri nasional Indonesia, Hanna Ramadini, mengembalikan kok dari sang lawan, Lee Jang-mi (Korea Selatan), pada laga babak kesatu Kejuaraan Asia 2018 yang berlangsung di Wuhan Sports Center, Wuhan, China, Rabu (25/4/2018). (BADMINTON INDONESIA)

Huang Hua, eks pebulu tangkis China yang kini menjadi Warga Negara Indonesia (WNI), sempat memberikan penilaian terkait performa sektor tunggal putri nasional yang belakangan ini dinilai belum memberikan prestasi signifikan.

Hal tersebut diungkapkan oleh eks pemain tunggal putri nasional, Yuni Kartika, saat dihubungi BolaSport.com pada beberapa waktu lalu.

Yuni mengaku berbincang-bincang dengan Huang Hua saat keduanya bertemu pada Kejuaraan Nasional PBSI 2016 yang berlangsung di Solo, Jawa Tengah.

Baca juga: Kisah Huang Hua 3: Mantan Ratu Bulu Tangkis China yang Dipinang Pria Klaten di Rumah Sakit

"Huang Hua banyak kasih masukan untuk tunggal putri. Saya kan cukup berteman baik sama dia, demikian juga dengan Susy (Susanti) dan Minarti Timur," kata Yuni.

"Soal tunggal putri Indonesia, Huang Hua lebih menyoroti footwork-nya (pergerakan kaki). Dia bilang footwork pemain Indonesia masih kurang bagus," ujar dia.


Pebulu tangkis tunggal putri nasional Indonesia, Fitriani, mengembalikan shuttlecock dari lawannya, Soniia Cheah (Malaysia), pada babak kesatu turnamen All England Open 2018 di Arena Birmingham, Birmingham, Inggris, Rabu (14/3/2018).(BADMINTON INDONESIA)

Huang Hua, kata Yuni, menyebut footwork pemain Indonesia seharusnya bisa lebih bagus karena punya postur tubuh yang tidak terlalu tinggi.

Belakangan ini, sektor tunggal putri Indonesia memang sudah cukup lama tak meraih prestasi di tunamen bulu tangkis level elite.

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti pernah menyebutkan, salah satu faktor tak optimalnya prestasi tunggal putri yakni karena hilangnya satu generasi pemain di pelatnas.

Baca juga: Jadi Kampiun di Kejuaraan Asia 2018, Kento Momota Belum Puas dan Berniat Tantang Viktor Axelsen?

Padahal sektor tunggal putri nasional sempat berjaya pada era 90-an, tepatnya melalui prestasi medali emas Olimpiade Barcelona 1992 yang diraih Susy.

"Tunggal putri memang tertinggal, ini jadi satu PR buat kami. Bibit tunggal putri memang kurang," ujar Susy pada awal Januari lalu.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P