Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Baca Juga:
Namun, tim pelatih punya target berbeda. Mereka optimistis dapat memboyong dua emas. "Satu emas lagi mungkin bisa dari Deni atau Yuni (Sri Wahyuni)," ujar Rusli.
Kesempatan Eko, Deni, atau pun Sri dalam menyabet emas AG 2018 semakin terbuka lebar setelah tim angkat besi China dan Kazakstan dilarang tampil di AG karena beberapa atletnya terbukti mengonsumsi doping.
Kedua negara tersebut termasuk dalam pesaing utama Indonesia.
Namun, mereka enggan berleha-leha. Soalnya, masih ada negara pesaing lain, yakni Vietnam, Thailand, Korea Utara, dan India.
Mengkritik panitia
Hari pertama penyelenggaraan test event angkat besi menuai kritik para lifter.
Sesuai dengan semangat test event, panitia memang membutuhkan masukan dari atlet sebagai pelaku utama kompetisi.
Sri, misalnya, mengkritik fasilitas di area peristirahatan lifter. Berdasarkan pengalamannya manggung di laga internasional, panitia semestinya menyediakan kasur yang nyaman bagi lifter peserta.
"Kalau di test event ini, kami hanya disediakan kasur busa yang digelar begitu saja. Itu tentu kurang nyaman bagi atlet yang mesti rileks sebelum dan sesudah pertandingan," ujarnya.
Tak hanya itu, ia pun berharap panitia menyediakan makanan dengan beraneka ragam jenis di sekitar tempat peristirahatan.
"Biasanya setelah timbang berat badan, kami langsung disajikan makanan di mini bar. Semua tersedia di sana. Tapi selama test event ini, kami hanya diberi nasi kotak. Itu pun datangnya terlambat," tuturnya.
Manajer kompetisi angkat besi, Alamsyah Wijaya, mengaku tengah mengumpulkan berbagai kritik baik dari atlet mau pun panitia pertandingan sendiri.
"Pokoknya kami tidak diam. Kami akan berusaha melayani setiap kebutuhan lifter selama AG nanti karena acara ini akan menjadi sejarah di masa mendatang," katanya.