Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Baca Juga:
Bagas juga setali tiga uang. Bek Arema itu menjadi rekan duet tak tergantikan Arthur Cunha. Kepergian bek tengah 20 tahun itu ke Indonesia U-22 membuat kesolidan lini belakang Singo Edan bermasalah.
Mantan striker timnas Indonesia, Indriyanto Nugroho, juga mengamini bahwa nama-nama tersebut bisa bersinar dan mendongkrak performa Indonesia U-22.
“Selama kurang lebih setahun belakangan saya mengikuti perkembangan Indonesia U-22. Luis Milla membawa dampak positif buat tim. Selain itu, saya juga selalu melihat Liga 1. Nama-nama seperti Febri, Gian Zola, atau Bagas bisa bersinar di Kualifi kasi Piala AFC U-23. Pasalnya, mereka kerap tampil reguler di klub. Klub juga ketergantungan terhadap sosok mereka,” tutur Indriyanto.
Memang butuh perjuangan panjang agar menjadi pemain yang bersinar di Kualifi kasi Piala AFC U-23. Bahkan, tampil reguler bersama klub masingmasing saja tak cukup. Kelima nama perwakilan Indonesia U-22 masih kalah mentereng dibandingkan Mehran Derakhshanmehr ataupun Riley McGree yang sudah menghuni timnas U-22 meski baru berusia 18 tahun. Mehran sudah bergabung dengan tim sejak tiga tahun lalu atau ketika membawa Iran sampai delapan besar Piala AFC U-16 2014.
Riley sudah dipanggil timnas senior mengikuti Kualifi kasi Piala Dunia FIFA 2018 bersama Australia. Belum lagi bintang lain macam Koji Miyoshi dan Lee Sang-min yang tampil di Piala Dunia U-20 pada 2017. Sang-min merupakan kapten Korea Selatan, sementara Koji juga pernah tampil di Piala Dunia U-17 pada 2013.
Selain itu, ada Sami Al Naji yang menjadi pencetak gol terbanyak Piala AFC U-19 pada 2016 lalu. Nama besar memang kerap menyilaukan. Namun, masih banyak cara untuk bersinar meski tak menyandang prestasi mentereng. Kualifi kasi Piala AFC U-23 menjadi pembuktian penggawa Garuda Muda menaklukkan namanama besar tersebut.
Ayo, Indonesia!