Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ia lolos, tapi karier di klub tersebut tidak lama karena kompetisi bubar di tengah jalan. Saat bermain di PSCS inilah Friska didorong ke posisi penyerang sayap.
“Selepas dari Cilacap, saya pulang ke Manokwari. Mama sempat melarang saya bermain bola. Dia menyuruh saya kuliah. Ini membuat saya sempat bersitegang dengan mama,” kata Friska kepada BOLA.
Pintu Terbuka
Friska memahami alasan sang ibu melarangnya bermain bola. “Dia berpikir tentang hari tua pesepak bola, ditambah lagi saat itu kondisi liga sedang dibekukan. Hal ini semakin membuat mama pesimistis akan masa depan pesepak bola," ucap Friska.
"Tetapi, keinginan hati saya keras. Saya bilang pada mama, selagi rumput masih hijau saya akan terus bertanding,” tutur lelaki kelahiran 3 Mei 1995 tersebut.
Waktu terus berjalan hingga Friska tampil di turnamen Liga Bank Papua. Friska tampil bagus dan menjadi top scorer di ajang tersebut.
Kebetulan, Jafri Sastra (ketika itu merupakan pelatih Persipura) hadir di partai final dan tak ragu memanggil Friska untuk bergabung dengan Mutiara Hitam.
Baca Juga:
Terbukanya pintu Persipura ini yang kemudian membuat sang ibu memberikan restunya.
“Ketika saya masuk Persipura, mama hanya bilang kalau keinginan saya lebih kuat dibanding kekhawatiran mama. Akhirnya mereka mendukung saya bermain sepak bola,” ucapnya.