Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Jerman Bukan Penganut Sistem Kebut Semalam

By Lariza Oky Adisty - Selasa, 4 Juli 2017 | 12:45 WIB
Para pemain timnas Jerman merayakan kesuksesan menjuarai Piala Konfederasi 2017 seusai menaklukkan Cile pada final di Saint Petersburg, Rusia, 2 Juli 2017. (BUDA MENDES/GETTY IMAGES)

Klub-klub Bundesliga juga harus bekerja sama. Setiap klub Liga Jerman wajib punya akademi pemain muda.

Mereka juga harus memenuhi kuota pemain berkebangsaan Jerman di timnya. Kalau tidak memenuhi syarat ini, lisensi mereka dicabut.

Bukan cuma itu. Di Liga Jerman juga ada aturan 50+1 yang melarang pihak luar klub menguasai saham mayoritas. Klub sendiri harus punya minimal 50 persen saham, plus satu persen tambahan untuk anggota klub.


Timnas Jerman U-21 melakukan selebrasi seusai mengalahkan Spanyol dalam final Piala Eropa U-21 di Stadion Cracovii, Jumat (30/6/2017)(NILS PETTER NILSSON/GETTY IMAGES)

Dengan demikian, kita tidak akan melihat klub Jerman dibeli oleh investor asing, seperti yang terjadi di Chelsea dan Roman Abramovich atau Manchester City dengan Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan.

Seperti tulisan Uli Hesse di FourFourTwo, klub Liga Jerman tidak bisa jorjoran belanja pemain dengan harga selangit. Mungkin hanya 1-2 klub yang bisa berbelanja banyak di bursa transfer karena anggaran mereka lebih banyak.

Memanfaatkan pemain muda dari akademi sendiri pun jadi opsi untuk menambah kedalaman skuat mereka. Lihat Ter Stegen, Draxler, Brandt, sampai Thomas Mueller atau Marco Reus.

Mereka semua alumni akademi klub yang dididik sejak remaja sampai jadi pemain dengan reputasi bagus di sepak bola Eropa.