Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Dia selalu menjadi idola saya ketika saya masih kecil. Saya akan selalu melihat pertandingannya dan sangat menyukai cara dia bermain. Dia pemain terhebat dan mungkin gaya bermain kami sangat mirip. Saya berharap masih bisa bermain melawan dia (Williams) suatu hari nanti," kata Ostapenko lagi.
Williams memenangi gelar Grand Slam pertamanya pada AS Terbuka 1999. Saat itu, Ostapenko baru berumur dua tahun.
Selama dua dekade terakhir, Williams menjadi petenis putri pertama yang meraih gelar pada Prancis Terbuka dan Wimbledon pada tahun yang sama. Hal ini tentu yang sedang diincar oleh Ostapenko.
Pada Prancis Terbuka, banyak taktik yang dilakukan oleh Ostapenko. Taktik itu tidak hanya membuat lawan yang terengah-engah, tetapi juga membuat lawan melakukan kesalahan sendiri.
Kecepatan forehand rata-rata Ostapenko memang lebih cepat dari petenis putra nomor satu dunia, Andy Murray.
When you arrive at #Wimbledon as the French Open champion... pic.twitter.com/IWDltsxQzZ
— Wimbledon (@Wimbledon) 1 Juli 2017
"Ketika di lapangan rumput, kamu harus melakukan servis sedikit lebih baik daripada di tanah liat. Begitu pun dengan pengembaliannya. Jadi, saya telah berusaha memperbaiki servis saya dalam dua minggu terakhir ini," kata pemain kelahiran Riga yang bertekad memperbaiki hasil pada putaran babak pertama Wimbledon 2016 ini.
"Saya sangat senang dengan apa yang saya dapatkan, tetapi saya sangat menyukai forehand Juan del Potro. Sangat cepat dan sangat keras," kata Ostapenko, yang juga dikenal sebagai penari ballroom (Waltz) berprestasi di Tanah Airnya.
Ostapenko pun menuturkan akan menari waltz jika dia menang suatu hari nanti di turnamen mana pun.