Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Revolusi China di Milan, Jembatan Kedua Menuju Sukses

By Jumat, 23 Juni 2017 | 12:07 WIB
Pelatih AC Milan, Vincenzo Montella, diapit oleh Direktur Olahraga, Massimiliano Mirabelli (kiri), dan CEO, Marco Fassone, sebelum dimulainya laga Serie A kontra Atalanta di Stadion Atleti Azzurri d'Italia, Bergamo, Italia, pada 13 Mei 2017. (EMILIO ANDREOLI/GETTY IMAGES)

 

Terbentuklah sebuah materi lini ofensif yang oleh media Italia disebut super attacco. Bayangkan Milan bisa mengisi lini serang mereka dengan pemain sekaliber Shevcenko, Inzaghi, dan Rui Costa.

 

Pada musim panas 2001, I Rossoneri juga merekrut bomber Alaves, Javi Moreno, dan trequartista potensial milik Internazionale, Andrea Pirlo.

Jadilah musim 2001/02 sebagai periode terboros di sepanjang sejarah Milan.

I Rossoneri menghamburkan 144 juta euro di bursa transfer.

Baca Juga:

Investasi Berlusconi seperti sia-sia karena sang rekrutan termahal, Rui Costa, tiba-tiba sudah harus absen sebulan usai mengalami cedera retak tulang jari pada pekan pertama Serie A 2001/02 kontra Brescia.

Terim sang pelatih anyar, lantas dipecat setelah Milan kalah 0-1 dari Torino pada pekan ke-9.

Jika hanya menjadikan musim 2001/02 sebagai acuan, manuver transfer jor-joran Milan seperti mubazir. Tapi, sesungguhnya aksi itulah yang membuka pintu I Rossoneri menuju salah satu era paling gemilang di sejarah mereka.

Rui Costa tampil brilian pada musim 2002/03 di mana Milan sukses mengawinkan gelar Liga Champion dan Coppa Italia.

Selama lima tahun membela panji I Rossoneri, gelandang cerdas beralias Il Maestro itu pernah merasakan nikmat menjuarai Serie A (2003/04), Liga Champions (2002/03), Coppa Italia (2002/03), Piala Super Eropa (2003), dan Supercoppa Italia (2004).