Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
“Kalau dia terus bersama saya, saya yakin belum tentu dia jadi pesepak bola. Mungkin karena pamannya yang lebih sabar dan telaten membimbing serta membentuk karakternya hingga bisa seperti sekarang bermain di Liga 1,” ujar Pasek Wijaya.
Darah sepak bola Otong memang tak cuma berasal dari Pasek Wijaya dan Sonny Kawiarda, melainkan paman-pamannya yang lain seperti Oka Wisnawa (bek timnas U-16 era 2000-an) serta Ngurah Jayan Jaya (pilar timnas U-22 era 1990-an).
Sementara itu, nama Otong rupanya bukan hanya menjadi bahan pembicaraan publik Bali saja, tetapi juga seantero Tanah Air pasca pertandingan kontra Persib, 8 April 2017. Tampilan paling keren adalah saat ia mematikan pergerakan Febri Hariyadi.
“Made Andika sudah mulai menemukan bentuk permainan terbaik. Hal itu harus terus diasah dalam latihan. Namun, sebagai orang tua sekaligus bagian dari tim pelatih, saya tak henti mengingatkan agar dia tidak cepat berpuas diri,” ucap Pasek Wijaya.
Baca Juga:
Bangga dan Beban
Otong menyadari dirinya menjadi harapan keluarga besar, terlebih sang ayah yang juga tergabung di Bali United. Sebagai generasi terbaru, dia merasa bangga bisa meneruskan kiprah ayah dan paman-pamannya.
“Saat ini dalam keluarga cuma saya yang masih meneruskan karier sebagai atlet. Tentunya saya bangga dan punya tekad besar untuk membuat semua keluarga senang dengan pilihan saya ini,” kata penyandang nomor punggung 33 ini.
Namun, beban juga dirasakan Otong. Pasek Wijaya selaku asisten pelatih Bali United tentu tidak ingin melihatnya tampil jelek. Cara terbaik membuat ayahnya senang dan bangga adalah dengan berlatih keras.
“Saya tidak mau dilihat orang hanya karena anaknya Pasek Wijaya. Saya selalu ingin memberi bukti bahwa saya layak dan apa yang saya dapat adalah buah dari kerja keras dan niat besar untuk menjadi pemain sehebat ayah,” tutur Otong penuh harap.