Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
AS Roma sukses menang ke- 6 kalinya secara beruntun di kandang lawan di Serie A. Angka itu menjadi rekor klub dan lawan terakhir yang menjadi korban adalah AC Milan. Roma menang 4-1 di San Siro, pada 7 Mei.
Penulis: Dian Savitri
Meski demikian, pelatih Roma, Luciano Spalletti, justru kehilangan kesabaran. Bukan karena Roma menang, tapi pertanyaan yang diajukan hanya itu-itu saja.
Spalletti bahkan mengatakan, seandainya bisa membalikkan waktu, ia tidak akan kembali ke Roma.
Pelatih berusia 58 tahun itu pernah melatih kub ibu kota Italia itu pada 2005 hingga 2009. Saat ini, kontraknya dengan Roma akan habis 30 Juni mendatang dan agaknya ia tidak akan memperpanjangnya.
Spalletti sudah menolak untuk diskusi soal pembaruan kontrak.
Spalletti naik darah, setelah ditanya oleh Mediaset Premium dan Sky Sport Italia soal Francesco Totti.
“Semua ini membuat saya kecewa. Seandainya bisa mengembalikan waktu, maka saya tidak akan kembali ke Roma,” kata Spalletti.
“Selalu saja pembicaraan kembai ke hal yang sama. Tim ini juga berhak mendapat pujian, tetapi selalu saja diskusi kembali ke Totti. Kalau saya hanya memainkan selama lima menit, saya disebut tidak menghargai seorang legenda. Kalau saya tidak memainkannya sama sekali, itu salah juga,” lanjut pelatih yang menangani Roma lagi sejak Januari 2016 itu.
Menurut Spalletti, seharusnya ia ditanya tentang peluang timnya ke Liga Champions dan hal-hal penting lainnya.
“Isu utama adalah kami sedang berjuang untuk meraih satu tiket ke Liga Champions musim depan dan bisa memenangi laga di Serie A sebanyak mungkin. Kami adalah tim yang bagus dan malam ini, seharusnya kami bisa menghabisi Milan lebih awal,” kata Spalletti.
Totti sama sekali tidak diturunkan pada laga itu. Dan, ketika Roma mendapat penalti pada menit ke-87, bukan Totti yang mengambil tugas itu, melainkan kapten Daniele De Rossi.
“Mana saya tahu kalau kami akan mendapat penalti? Apa yang bisa saya berikan padanya dalam waktu lima menit? Milan sedang sibuk menyerang, sementara kami lelah. Jadi, itulah keputusan saya. Memang mengecewakan, sebab Francesco selalu menunjukkan kualitasnya dan dia berlatih keras. Namun, saya harus membuat keputusan untuk tim. Saya minta maaf untuk itu,” kata Spalletti.
“Yang penting adalah kami bisa membuat rekor dengan menang enam kali beruntun di kandang lawan. Kami memang tidak selalu bermain brilian, namun rekor itu akan selalu tercatat,” lanjut Spalletti lagi.
Spalletti menyatakan ia akan melakukan pembicaraan dengan pihak klub soal kontraknya. Mau tidak mau hal itu memang harus dilakukan. Seperti yang telah disebut sebelumnya, Spalletti tidak akan lebih lama ada di Roma.
“Suporter punya spanduk yang bertuliskan ‘Spalletti Versus Totti’ di Trigoria. Saya juga selalu ditanya tentang kontrak. Entah apa lagi yang harus saya katakan,” kata Spalletti hilang akal.
Rekor Dzeko
Selain rekor enam kemenangan beruntun di kandang lawan, ada satu rekor lagi yang dibuat oleh striker Roma, Edin Dzeko. Sepasang gol yang dibuatnya ke gawang Milan, ia menjadi pencetak gol terbanyak sementara Serie A dengan 27 gol.
Baca Juga:
Rekor yang dibuat oleh striker Bosnia-Herzegovina itu adalah ia menjadi pemain pertama Roma yang berhasil membuat gol sebanyak itu di Serie A dalam satu musim.
Menurut statistik Opta, pemain Roma terakhir yang mencatatkan diri membuat 27 gol adalah Enrique Guaita pada musim 1934/35. Jadi, Dzeko memecahkan rekor yang usianya sudah 82 tahun!
“Datang ke Milano dan bisa membuat empat gol sama sekali tidak mudah. Sayangnya, kami juga kebobolan. Namun, kami bisa senang malam ini,” kata Dzeko.
“Saya kerja keras sepanjang tahun agar bisa membuat banyak gol. Itu target pribadi. Yang terpenting adalah tim bisa menang,” tutur Dzeko lagi soal rekor gol yang dibuatnya.
Mungkin, Spalletti tidak akan kehilangan kesabaran seandainya ia ditanya soal rekor Dzeko itu.