Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kekalahan tiga gol tanpa balas yang diderita Atletico Madrid di pertandingan pertama semifinal Liga Champions, pada tengah pekan lalu (2/5/2017), menjadi salah satu penampilan terburuk Atleti musim ini.
Penulis: Christian Gunawan
Persiapan Los Rojiblancos di liga tertutup pemberitaan mengenai kemenangan gemilang Real Madrid atas tetangganya itu.
Cristiano Ronaldo dengan tiga golnya tentu menjadi sosok utama perbincangan.
Cukup menyakitkan buat Atleti, karena gol kedua Ronaldo berawal dari kegagalan Filipe Luis menahan laju penyerang asal Portugal itu.
Padahal, Filipe Luis adalah salah satu pemain terbaik Atletico petang di Santiago Bernabeu itu. Atau, lebih tepatnya, salah satu pemain dengan kinerja paling tinggi.
Media terkemuka Spanyol, Marca, menunjukkan kerja keras mantan bek Chelsea itu di Bernabeu melalui peta panas (heatmap).
Kerja keras bek sayap kiri berusia 31 tahun itu tak hanya dalam bertahan, tapi juga saat Atleti menyerang.
Filipe Luis cukup mampu meredam serangan Madrid dari sayap kanan. Namun, El Real pada akhirnya mampu mengeksploitasi lubang yang muncul saat Filipe Luis turun usai menyerang.
Umpan Casemiro dari sisi kiri pertahanan yang mengawali gol pertama Ronaldo adalah contohnya. Gol kedua CR7 bak mempertegas kekurangan Filipe Luis.
Pada banyak kesempatan, bek tengah kiri siap menutup jarak yang dibuat sang bek. Hal itu tak terjadi pada derbi yang tergelar di pentas Eropa itu.
Sebagai perbandingan, saat menyingkirkan Leicester, Filipe Luis menjaga Riyad Mahrez secara rapat dan agresif termasuk saat gelandang kanan asal Aljazair itu turun menjemput bola.
Meski bisa menahan laju Mahrez dan otomatis juga serangan Leicester, posisi Luis yang kerap jauh di depan menghasilkan potensi bahaya. Namun, lubang yang ditinggalkan itu dapat ditutup tiga bek lain.
Krisis Bek Kanan
Seiring kecenderungan yang dibawa Diego Simeone ke Vicente Calderon, Atletico sering meluncurkan serangan dari sektor sayap.
Dengan akselerasi Filipe Luis yang bagus, tusukan sayap kiri menjadi salah satu andalan ofensif Los Rojiblancos. Bek asal Brasil itu menjadi tumpuan serangan Atletico sepanjang musim.
Baca Juga:
Hanya, pengaruh naluri menyerang Luis yang tinggi tak hanya dialami pertahanan. Di sayap kiri, sering terlihat terlalu banyak pemain Atletico. Sesekali, seperti saat melawan Leicester, serangan dari kiri itu berbuah gol.
Madrid sepertinya sudah mengantisipasi geliat Atleti di sana. Filipe Luis tetap menjadi pemain Rojiblancos paling berbahaya, tapi membuat timnya berkesulitan membuat peluang ketika ia bisa diredam lawan.
Kembali ke laga Madrid, kinerja Filipe Luis di kiri menghasilkan perbedaan cukup kontras dengan Lucas Hernandez yang diturunkan sebagai bek kanan.
Jose Gimenez mampu tampil lumayan bagus di sana, tapi tak bisa tampil di Bernabeu karena mengalami cedera saat membabat Las Palmas.
Dalam diri Hernandez, Atletico memang menatap seorang lagi bek muda yang bisa tampil di berbagai titik di lini belakang. Derbi di Eropa itu menjadi kali pertama pemain asal Prancis itu diturunkan sebagai bek kanan.
Namun, panggung LC terbukti tak mudah bagi bek berusia 21 tahun yang pada awal pekan memperpanjang kontraknya hingga 2022 itu.
Hernandez, dengan keharusan menahan gedoran Madrid dari kiri termasuk yang diberikan Marcelo, tertahan di paruh lapangan Atleti. Krisis bek kanan boleh jadi sudah terendus para lawan Atleti.