Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sama-sama Tak Diperkirakan
Cerita Chelsea dan Tottenham dalam menguasai klasemen hampir sama. Awalnya mereka tidak diperhitungkan berada di posisi yang ditempati sekarang.
Start Chelsea jelek. Dua klub Manchester tadinya lebih dijagokan. United dengan keberadaan Mourinho dan Paul Pogba-Zlatan Ibrahimovic, sedangkan City dimodali Pep Guardiola dan sejumlah rekrutan mahal.
Tapi, Chelsea kemudian bangkit setelah menemukan formasi 3-4-3. Mereka mulai memuncaki klasemen pada pekan ke-11 dan belum pernah turun lagi.
Berdasarkan tradisi, Tottenham jelas kurang diperhitungkan bakal mapan di posisi kedua. Peran sebagai pesaing utama Chelsea sempat dijalani bergantian antara Liverpool, Manchester City, dan jagoan langganan London, Arsenal.
The Gunners terakhir berada di posisi kedua pada pekan ke-22. Setelah itu mereka kehilangan konsistensi dan kini melorot ke posisi keenam.
Justru Tottenham yang menemukan kestabilan meraih hasil bagus. Sejak pertengahan Desember, Spurs hanya kalah sekali dan imbang dua kali dalam 17 pertandingan EPL.
Mereka meraih 44 poin dari kemungkinan maksimal 51. Sejak pekan ke-26, Spurs bahkan selalu menang dalam tujuh partai.
Sempat tertinggal 10 poin dari puncak klasemen, tim asuhan Mauricio Pochettino hanya defisit empat poin dari The Blues pada pekan ke-33.
"Saya janjikan kami tidak akan kehilangan fokus lagi seperti musim lalu. Pada 2015-2016, kami menghabiskan banyak energi memikirkan Leicester, media, dan kemungkinan menjadi juara," ujar Pochettino kepada Express.
"Sekarang kami bisa menang atau kalah, tapi menghabiskan waktu hanya untuk siap dan memberikan yang terbaik di setiap pertandingan. Rasanya kami bisa memenangi semua pertandingan sisa. Soal klasemen, lihat saja nanti," katanya.