Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Utang Indonesia pada Susy Susanti

By Sabtu, 22 April 2017 | 10:00 WIB
Susy Susanti, srikandi Indonesia segudang prestasi (ERLY BAHTIAR/BOLA)

Susy kemudian menunjukkan bahwa sektor putri menjanjikan di level internasional. Ia mulai dilirik untuk menjadi wakil Indonesia di beberapa kejuaraan hingga akhirnya menjadi pebulu tangkis putri terbaik Merah Putih sepanjang masa.

Persaingan Internasional

Setelah performa Susy menggebrak panggung tepok bulu Indonesia, barulah ia dikirimkan ke kejuaraan internasional. Namun, China, Korea Selatan, dan Denmark, sudah lebih dulu mendominasi.

"Ketiga negara itu terlalu kuat. Sulit bagi kami, atlet-atlet Indonesia, menyaingi mereka (kala itu)," katanya.

Salah satu peristiwa bersejarah terkait dominasi itu terjadi pada All England 1990. Waktu itu, Susy baru berusia 19 tahun, tetapi tekadnya sudah sangat besar.

"Bayangkan, kami selalu dikeroyok di setiap pertandingan," katanya. Setahun sebelumnya, ia gagal menjuarai All England karena kalah atas pebulu tangkis China, Li Lingwei.

Tapi pada 1990, akhirnya ia berhasil merusak dominasi China (Huang Hua) lewat dua gim sekaligus 12-11, 11-1.

Aksi Susy dan jajaran pebulu tangkis Indonesia dalam mengusik dominasi ketiga negara itu tampaknya masih terasa hingga saat ini. Menurutnya, saat ini tiap negara punya kualitas yang merata.

"Mungkin persaingan setiap era punya karakternya masing-masing. Yang sama adalah bagaimana kami harus belajar, bertekad, dan berusaha untuk membawa prestasi," tutur dia.

Pada para penerusnya, Susy meminta agar segera mengubah pola pikir. Putri Indonesia, kata dia, kerap minder saat manggung di level internasional.