Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dari pemain Argentina yang berlaga di Premier League musim ini, ada satu nama yang paling menonjol. Dia adalah striker Manchester City, Sergio Aguero. Dibanding rekan senegaranya, ia yang paling sukses, sejak Carlos Tevez tidak lagi bermain di liga tersebut.
Penulis: Dian Savitri
Sejak pindah dari Atletico Madrid pada 2011, Aguero telah membuat 164 gol di segala ajang, hingga 8 April lalu. Pemain kelahiran Buenos Aires itu juga sudah 246 kali membela Argentina.
Plus, Aguero telah dua kali menjadi juara Premier League. Musim ini, hanya ada 16 pemain Argentina di berbagai posisi yang main di Premier League.
Selain Aguero, pemain yang berposisi sebagai striker adalah Leonardo Ulloa (Leicester City) dan Jonathan Calleri (West Ham).
Nama terakhir adalah pinjaman dari klub Uruguay, Deportivo Maldonado. Para pemain lainnya lebih banyak berada di bagian pertahanan.
West Ham United FC transfer news: Slaven Bilic suggests permanent Jonathan Calleri deal… https://t.co/3L9CSBrkWl pic.twitter.com/zBPHgb5CYB
— WestHamFootball (@WestHamFootbal1) April 13, 2017
Jumlah pemain Argentina – tidak hanya striker – di Premier League memang lebih sedikit dibanding di Primera Liga Spanyol dan Serie A Italia.
Kedekatan budaya menjadi salah satu penyebab. Menurut hasil studi yang dikeluarkan oleh BBC Sport melalui program State of the Game, orang-orang Amerika Selatan – termasuk Argentina – masih belum nyaman jika harus bermain di Inggris.
Bisakah mereka beradaptasi dengan kehidupan Inggris, belum lagi harus menghadapi permainan cepat gaya Inggris?
Plus bahasa, yang berbeda 180 derajat dengan bahasa ibu. Barangkali, kuncinya adalah seperti yang dilakukan Aguero.
Adaptasi di Eropa dilakukan di negara lain yang familier, misalnya di Spanyol dan Italia, baru kemudian pindah ke Inggris.
Baca Juga:
Calleri mengalami betapa sulitnya bermain di Inggris. Pemain berusia 23 tahun itu diimpor langsung dari Amerika Selatan.
Ia memang milik Maldonado, tetapi sempat dipinjamkan ke Sao Paulo di Brasil sebelum ke West Ham pada awal musim ini.
Menurut situs Samba Foot, ayah Calleri meminta Sao Paulo untuk merekrut kembali putranya itu.
Calleri ingin kembali ke Brasil pada Januari lalu. Sejak pindah ke West Ham, Calleri baru bermain 11 kali di Premier League dan membuat satu gol. Bahkan, ia sempat berada di liga cadangan.
Saat ini, Calleri tetap berada di West Ham. Beberapa pemain Argentina, juga pemain Amerika Selatan lainnya, memandang perjalanan lintas Atlantik ke Inggris sangat menyita energi, fisik dan mental.
Namun, pada 1978, Osvaldo Ardiles sempat membuat orang Inggris ternganga. Pemain mungil Argentina itu bergabung dengan Tottenham Hotspur, tepat setelah Argentina menjadi juara dunia.
Osvaldo Ardiles
— Football Past (@thecentretunnel) September 19, 2016
Tottenham Hotspur
1978#THFC pic.twitter.com/99fPBQUTsI
Ketika itu, para kritikus Inggris, yang terkenal pedas, memprediksi bahwa Ardiles hanya bertahan hingga Natal.
Sebaliknya, Ardiles menghadapi tantangan baru di Inggris dengan mudah, gelandang bertinggi 169 cm itu menampilkan permainan masterclass dari pekan ke pekan.
Premier League memang berbeda dengan Liga Inggris masa Ardiles. Saat ini, uang bisa menjadi faktor yang sangat menggiurkan. Namun, semahal apa pun pemain dibeli, kalau memang tidak betah, apa mau dikata?
Christian Rapp, yang bekerja untuk perusahaan Jerman yang berbasis di Brasil dengan spesialisasi mencari pemain-pemain muda berbakat, menyatakan semua tergantung pada pemain.
“Yang paling penting adalah mental si pemain, juga pikirannya. Kalau mereka ingin memiliki karier di luar negeri, maka mau tak mau mereka harus beradaptasi dengan klub dan negara yang baru, bukan sebaliknya. Itu adalah penjelasan mendasar mengapa ada pemain Argentina yang sukses di Inggris, ada juga yang tidak," kata Rapp.