Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Siapa yang tak kenal Alberto Goncalves da Costa? Pemain kelahiran Brasil 36 tahun silam itu adalah salah satu striker tertajam di sepak bola Indonesia.
Penulis: Noverta Salyadi
Sejak meniti karier di Tanah Air bersama Persipura pada 2007, ia tampil konsisten dengan selalu mencetak banyak gol.
Tidak bisa dimungkiri bahwa memiliki Beto, sapaan akrab Goncalves, sama saja mendatangkan banyak gol. Puncaknya, ia tercatat sebagai pencetak gol terbanyak di Piala Indonesia 2007 (6 gol), Liga Super Indonesia 2011-2012 (25), Inter Island Cup 2011 (5), dan terakhir di TSC 2016 (25).
Selain itu, saat kompetisi vakum, ia menyandang predikat sebagai pemain tersubur di Piala Gubernur Kaltim (4) dan Piala Bhayangkara (6). Ia pun tercatat membawa Persipura juara LSI 2008-2009.
Kini dalam usianya yang sudah tak muda lagi, Beto tetap ingin memberikan penampilan terbaiknya untuk Sriwijaya FC, klub yang dibelanya saat ini. Kepada Noverta Salyadi dari Tabloid BOLA, Beto buka-bukaan soal persiapan di Liga 1 dan pendapatnya soal regulasi kompetisi. Berikut penuturannya.
Beto, menurut Anda bagaimana persiapan tim Sriwijaya FC untuk turun di Liga 1 tahun ini?
Tahun ini saya melihat tim Sriwijaya sangat berkualitas dan sangat siap untuk menghadapi kompetisi Liga 1. Para pemain mempunyai kecepatan beradaptasi dalam tim. Hal ini didukung oleh pelatih baru sehingga semua pemain mempunyai motivasi yang sangat tinggi.
Memang kami seperti harus memulai dari nol karena sebelumnya ada penggantian pelatih, tetapi tim sudah mempunyai kualitas dan motivasi yang baik dari pelatih baru. Kepercayaan pemain sekarang telah tumbuh kembali.
Sebelumnya pemain tidak tahu apakah bisa tampil atau tidak. Tetapi, di tangan pelatih baru ini, semua pemain mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi andalan tim.
Kami telah melakukan beberapa kali uji coba dan hasilnya cukup baik. Semua pemain telah merasakan sentuhan pelatih baru. Mereka punya peluang yang sama untuk bermain.
Selama berkarier di Indonesia Anda enam kali menjadi top scorer, apakah di tahun ini menargetkan untuk menambah gelar itu?
Saya pribadi mempunyai target juara. Teman-teman pun mempunyai target yang sama. Terkait gol, saya selalu mempunyai target sendiri di liga maupun kompetisi lainnya. Kalau tahun kemarin saya mencetak 25 gol, tahun ini saya ingin lewat dari 25 gol.
Penting bagi saya untuk melewati target sendiri dari tahun kemarin. Saya ingin selalu bermain baik untuk tim dan bisa memberikan kemenangan dalam setiap pertandingan serta bisa memberikan gol sebanyak-banyaknya untuk tim.
Sebagai striker, penghalang tugas Anda adalah bek dan kiper. Menurut Beto, siapa bek atau kiper yang paling sulit untuk dilewati atau dijebol selama berkarier di Indonesia?
Indonesia mempunyai banyak pemain bagus dan semua punya kualitas. Saya tidak bisa sebutkan satu per satu. Kalau kiper, saya perlu menyebut Kurnia Mega. Dia kiper yang bagus dan mempunyai postur yang tinggi, tetapi sekarang Teja Paku Alam (kiper Sriwijaya) juga tak kalah bagus.
Dulu, pemain belakang yang sulit saya lewati adalah Victor Igbonefo, tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Di Liga 1 nanti pun akan ada banyak bek dan kiper yang tangguh, tetapi saya tidak bisa bilang siapa saja mereka.
Di tahun ini, kompetisi Indonesia banyak menerapkan inovasi. Salah satunya marquee player. Apa pendapat Beto tentang marquee player?
Marque player memang pemain bagus. Apa mereka bisa sukses di Indonesia? Banyak pemain bagus ke Indonesia, tetapi mereka tidak sukses di Indonesia. Mereka pikir bermain di Indonesia itu mudah dan bisa sukses, ternyata tidak semudah itu.
Sepak bola di Indonesia itu berbeda dari negara lain. Di sini permainannya sangat keras sehingga dengan karakter mereka tentunya butuh waktu untuk penyesuaian. Belum tentu mereka sukses di sini.
Jangan sampai mereka hanya bermain-main tetapi tidak memberikan hasil. Mereka hanya “mencuri” uang sekitar 50 persen, tetapi tidak ikut bermain dengan baik.
Lalu, soal pembatasan usia pemain di atas 35 tahun, apa pendapat Beto?
Aturan baru ini sangat merugikan di mana setiap tim hanya boleh merekrut dua pemain di atas 35 tahun. Di negara mana pun tidak membatasi jumlah pemain dengan usia di atas 35 tahun.
Liga Eropa maupun negara lain seharusnya menjadi kiblat bagi Indonesia. Biarlah pelatih yang menentukan siapa yang akan turun. Pelatih pasti tahu kebutuhan pemain yang dianggap baik untuk bergabung.