Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kekalahan 0-4 dari Paris Saint-Germain di pertandingan pertama, 14 Februari, membuat Barcelona menghadapi misi mustahil menatap leg II babak 16 besar Liga Champions, Rabu (8/3/2017) di Camp Nou.
Penulis: Dwi Widijatmiko
Sebelum ini, dalam dua pertemuan terakhir melawan PSG di fase knock-out LC, Barcelona selalu muncul sebagai pemenang. Tapi, kali ini gunung yang harus didaki Blaugrana mungkin terlalu terjal.
Untuk bisa lolos ke perempat final, Barca harus menang minimal dengan skor 5-0. Sejarah sebut peluang pasukan Luis Enrique untuk merealisasikan misi itu adalah 0 persen!
Sepanjang sejarah kompetisi antarklub Eropa, belum pernah ada tim yang bisa lolos ke babak selanjutnya di fase knock-out setelah mengalami kekalahan 0-4 pada leg pertama.
Jika dikerucutkan hanya di fase knock-out (tak termasuk kualifikasi) era LC atau sejak 1992-1993, ada lima kejadian di mana sebuah tim kalah 0-4 pada leg pertama.
Tidak ada di antara klub-klub itu yang kemudian mampu lolos ke babak selanjutnya. Itu termasuk Barcelona sendiri, yang pada semifinal 2012-2013 juga mengalami kekalahan 0-4 dari Bayern Muenchen pada leg pertama di Jerman.
Preview singkat FC Barcelona vs PSG oleh wartawan https://t.co/lpo5Hj4OFA, Beri Bagja pic.twitter.com/vW4sYW43fL
— Juara (@Juara) March 8, 2017
Pada partai kedua, Barcelona yang masih dilatih almarhum Tito Vilanova itu kalah lagi dengan skor 0-3.
Yang paling dekat merealisasikan comeback spektakuler adalah Arsenal di babak 16 besar musim 2011-2012.
Kalah 0-4 dari AC Milan di San Siro pada leg pertama, The Gunners kemudian sudah unggul 3-0 pada babak pertama leg kedua di London. Sayang, tidak ada gol yang tercipta lagi.
Memang ada tiga tim yang tercatat pernah membalikkan defisit empat gol. Mereka adalah Real Madrid di babak III Piala UEFA 1985-1986, Leixoes pada babak I Piala Winner2 1961-1962, dan FK Partizan di babak II Piala UEFA 1984-1985.
Baca Juga:
Madrid ketika itu kalah 1-5 dari Borussia Moengladbach di rumah lawan, tapi kemudian ganti menang 4-0 di partai kandang.
Sementara itu, Leixoes dan Partizan sama-sama takluk 2-6 dari La Chaux-de-Fonds serta Queens Park Rangers di laga away.
Leixoes lantas membalas menang 5-0 di partai kedua, sementara Partizan berbalik menang empat gol tanpa balas.
Tanpa Modal
Lihat apa yang dilakukan oleh ketiga klub itu. Mereka semua “memodali” aksi comeback-nya dengan mencetak gol ketika kalah pada leg pertama di rumah lawan.
Hal itu pula yang diperbuat oleh Deportivo La Coruna sebagai pemegang rekor tim yang bisa membalikkan ketertinggalan terbesar pada leg pertama di era Liga Champions.
Pada perempat final LC 200-2004, Super-Depor kalah 1-4 dari AC Milan di San Siro untuk kemudian membalikkan keadaan dengan kemenangan 4-0 ketika bermain di kandang sendiri.
Barcelona kini tidak punya modal gol away itu. Gol yang bisa sangat berarti dalam duel dengan sistem dua leg kandang-tandang.
Gol yang bisa memacu kepercayaan diri tim yang sedang unggul agregat sekaligus mengikis keyakinan tim yang dalam posisi mengejar.
In the 03/04 season Deportivo La Coruna beat AC Milan 5-4 on aggregate despite losing the first leg 4-1 at San Siro. pic.twitter.com/68Su9jWdcf
— bet365 (@bet365) May 12, 2015
Enrique sendiri mengakui bahwa skor 0-4 menjelaskan bahwa Barcelona pada 14 Februari lalu benar-benar didominasi PSG.
“Hasil itu merefleksikan apa yang terjadi di lapangan. Simpel saja, PSG superior. Pada pergantian babak, ketika skor sudah 0- 2, situasi sudah sangat buruk. Kami mencoba mencetak gol yang bisa mengurangi tekanan, tapi kemudian datang gol ketiga dan keempat mereka,” kata Enrique seperti dikutip dari Marca.
Dalam kondisi seperti itu, tak mudah mengangkat moral tim supaya mereka merasa yakin bisa membalikkan skor.
“Yang kami butuhkan adalah mencetak gol. Kami gagal melakukannya di Paris, tapi akan mencoba lagi di Barcelona dan kami butuh lima,” ujar Sergio Busquets.