Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Alasannya, banyak kecelakaan frontal yang terjadi dan merusak hidung mobil. Kecelakaan tersebut memang tidak fatal dan tidak sampai menghadirkan korban jiwa, tapi tetap jadi beban FIA untuk mencari jalan keluar.
Masalahnya, ada dua potensi yang diprediksi FIA bakal menimpa pebalap bila hidung mobil dibiarkan tinggi. Keduanya bila terjadi kecelakaan, tentunya.
Pertama, kaki pebalap bisa ikut terkena dampak bila terjadi tabrakan frontal karena letaknya tak jauh dari hidung dan tak ada peredamnya.
Kedua, selepas terjadinya tabrakan dengan mobil lain di depannya, mobil yang ada di belakang akan terpental dan melintir di udara dan lalu mendarat dengan sangat membahayakan dirinya.
Ini seperti dialami oleh Mark Webber di GP Valencia 2010.
Dua hal inilah yang di antaranya menjadi penyebab FIA mengeluarkan regulasi mobil mesti berhidung rendah sejak 2014. Dengan hidung rendah dan struktur yang bersifat peredam dan pelindung, kaki pebalap mendapat jaminan keamanan lebih.
Dampak dan Solusi Aerodinamika Bicara aerodinamika, ini jelas kerugian besar. Namun, karena sama untuk semua tim, tak ada yang protes dan mereka yang pandai mencari celahlah yang bakal menang.
Dengan hidung tinggi, kolongnya jadi tempat daerah aliran angin atau udara. Udara jadi bebas mengalir ke bagian bawah mobil hingga ke belakang dan tidak menjadi drag atau hambatan.
Nah, karena hidung rendah justru bisa jadi hambatan itulah tim-tim membuat celah di antara hidung mobil, agar udara bisa tetap mengalir. Celah itu menyisakan bagian tengah yang akhirnya berbentuk seperti ibu jari dan ada pula bentuk-bentuk lainnya.