Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Perseteruan Leonardo Bonucci dan pelatih Massimiliano Allegri kelihatannya sudah kelar. Sang bek telah bermain lagi saat Juventus menang 2-0 atas Empoli, Sabtu (25/2/2017).
Penulis: Dwi Widijatmiko
Bonucci sempat disetrap, tidak dimainkan ketika Juventus menang 2-0 atas FC Porto pada 22 Februari lalu. Penyebabnya adalah dia terlibat perang mulut dengan Allegri usai laga melawan Palermo lima hari sebelumnya.
Media Italia bahkan mengklaim perseteruan berlanjut ke sedikit adu fisik di ruang ganti. Kedua orang itu harus dipisahkan pemain Juventus yang lain.
Usai kemenangan atas Empoli, Juventus mengklaim semua masalah sudah selesai.
“Bonucci adalah Bonucci. Dia selalu menjadi seorang juara buat kami. Apa yang terjadi pada pekan ini biasa dialami semua keluarga. Tapi, Juventus berada dalam sorotan seluruh dunia sehingga kejadian ini jadi dibesar-besarkan,” ujar Direktur Juve, Beppe Marotta, di Football Italia.
Si Nyonya Tua mengklaim semuanya sudah selesai. Tapi, tetap menarik mengulas di pihak mana klub berdiri: Bonucci atau Allegri.
Baca Juga:
Soalnya, pada akhir musim ini Juventus kelihatannya akan dihadapkan pada situasi harus memilih siapa yang perlu diutamakan untuk dipertahankan di dalam tim. Seperti musim panas lalu, Bonucci akan dibidik sejumlah klub top Eropa.
Setidaknya Antonio Conte (Chelsea), eks pelatihnya di Juventus, akan mencoba menggodanya lagi. Belum lagi ada Pep Guardiola (Manchester City), yang sudah lama mengagumi Bonucci.
Sementara itu, nama Allegri mulai dihubung-hubungkan dengan Arsenal setelah ada isu Arsene Wenger akan hengkang pada akhir musim ini. Begitu pula Barcelona, yang diklaim sudah bersiap-siap mencari pengganti Luis Enrique.
"Saya atau Dia"
Bonucci dan Allegri sama-sama figur penting di Juventus. Bonucci memperkuat tim sejak 2010. Dia menjadi bagian La Vecchia Signora yang sebentar lagi akan membuat sejarah dengan menjadi tim pertama yang menjuarai Serie A enam kali berturut-turut.
Allegri datang ke Juventus sebagai pengganti Conte pada 2014. Dia tinggal meneruskan warisan Conte, tapi kemudian berprestasi lebih hebat.
Allegri bisa membawa Juventus mencapai final Liga Champions, sesuatu yang tidak bisa dilakukan Conte.
Dia membuat I Bianconeri bisa mengatasi kepergian pilar-pilar penting waktu klub ditinggal Andrea Pirlo, Carlos Tevez, dan Arturo Vidal.
Saat ini Allegri berpeluang membuat Juventus mengukir sejarah baru: menjadi tim Italia pertama yang mengawinkan gelar juara Serie A dan Coppa Italia tiga kali berturut-turut.
Allegri juga masih bisa mengejar treble winner: juara Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions. Jadi, siapa yang dipilih Juventus?
Kalau melihat rangkaian kejadian pekan lalu, kelihatannya Si Nyonya Tua lebih mengarah ke Allegri.
Tadinya Juventus berencana menghukum kedua belah pihak dengan menjatuhkan denda. Tapi, keputusan diubah setelah Allegri mengancam akan mengundurkan diri jika Bonucci tidak ditindak.
“Saya atau dia,” ancam Allegri seperti diklaim La Gazzetta.
Jadilah Bonucci dihukum tak bermain melawan Porto. Dia juga meminta maaf pada Allegri, atas perintah klub, lima hari setelah bentrokan terjadi.
Pilihan terhadap Allegri mungkin bisa dimengerti jika melihat perbandingan tingkat kesuksesan kedua sosok ini. Rasio kemenangan Allegri selama di Juventus lebih tinggi daripada Bonucci.
Perhitungan finansial juga mengarah ke Allegri. Gaji Allegri (5 juta euro semusim) memang lebih tinggi dari Bonucci (3,5).
Tapi, jika Juventus melepas Allegri ke klub lain, kompensasi yang akan mereka dapatkan tidak setinggi jika Bonucci yang dijual.
Sang bek masih terikat kontrak hingga 2021 dengan nilai pasar sekarang diperkirakan 40 juta euro. Juve masih bisa memaksa klub-klub peminat Bonucci membayar minimal 50 juta.
Lagi pula dengan usia pada Mei nanti sudah menginjak 30 tahun, mungkin musim panas nanti adalah waktu yang tepat untuk menjual Bonucci.
Sementara Allegri, dalam umur 49 tahun, justru sedang memasuki masa puncaknya sebagai seorang pelatih.