Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Sorot Leicester, Tanpa Alternatif dari 2015-2016

By Jumat, 24 Februari 2017 | 00:15 WIB
Ekspresi kekecewaan Manajer Leicester City, Claudio Ranieri, dalam pertandingan babak 16 besar Piala FA 2016-2017 menghadapi Millwall di Stadion The Den, London, Inggris, pada Sabtu (18/2/2017). (CLIVE ROSE/GETTY IMAGES)

Dalam hal skema permainan, Leicester City adalah salah satu juara Premier League yang paling simpel.

Penulis: Dwi Widijatmiko

Ketika menjadi kampiun musim lalu, pelatih Claudio Ranieri cukup mengandalkan satu formasi: 4-4-2.

Skema ini memang bisa berevolusi menjadi 4-2-3-1, tapi intinya tetap empat bek, dua sayap, dua gelandang tengah, dan dua penyerang. Pemain-pemain penghuni formasi 4-4-2 itu pun tetap.

Kiper Kasper Schmeichel (38 penampilan di EPL musim lalu) dibentengi bek kanan Danny Simpson (30), dua bek tengah Robert Huth (35) dan Wes Morgan (38), serta bek kiri Christian Fuchs (32).

Sayap kanan-kiri ada Riyad Mahrez (37)-Marc Albrighton (38). Dua gelandang tengah adalah N'Golo Kante (37) dan Danny Drinkwater (35).

Shinji Okazaki (36) dan Jamie Vardy (36) merupakan duet penyerangnya. Saat formasi menjadi 4-2-3-1, Kante-Drinkwater menjadi double pivot.

 

Okazaki turun menjadi second striker. Dia diapit oleh Mahrez dan Albrighton. Musim ini hanya satu dari 11 pemain utama Leicester yang menghilang.

Kante dilego ke Chelsea. Barangkali kondisi itu yang menjadi alasan Ranieri bertahan dengan skema 4-4-2 andalan musim 2015/16.

Formasi 4-4-2 nyaris selalu dipakai Ranieri sampai Boxing Day.