Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Matchday Pertama Piala Presiden 2017 Minim Gol

By Jalu Wisnu Wirajati - Kamis, 9 Februari 2017 | 12:33 WIB
Striker Barito Putera, Yongki Aribowo (kanan) mencoba melewati bek Pusamania Borneo FC, Dirkir Kohn Glay (tengah) pada laga Grup D Piala Presiden 2017 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Selasa (7/2/2017). (YAN DAULAKA/JUARA.NET)

 


Bagas Adi Nugroho (kiri) dan Hanif Sjahbandi, berpose usai menandatangani kontrak bersama Arema FC di kantor Arema FC Jalan Kertanegara 7 Kota Malang pada (23/1/2017).(OVAN SETIAWAN/JUARA.NET)

Keberadaan pemain muda yang minim pengalaman, terutama di lini depan, dianggap memengaruhi mandeknya produktivitas gol.

Menurut analisis pelatih Persegres Gresik United, Hanafi, dari beberapa peluang yang berhasil diciptakan dalam pertandingan kontra Mitra Kukar, tak satu pun berhasil dikonversi menjadi gol. Persegres kalah 0-1.

“Saya masih maklumi karena barisan striker kami dihuni para pemain yang masih muda dan kurang berpengalaman sehingga belum bisa berbuat banyak dalam menghadapi situasi sulit di lapangan,” tutur Hanafi, Selasa (7/2/2017).

Regulasi pemain U-23 tampil bukanlah kebijakan baru. Pada Piala Jenderal Sudirman pun, kebijakan penggunaan pemain U-21 sebagai starter sudah ada. Namun, saat itu, pemain muda "cukup" diberi kesempatan tampil 10 menit, bukan 45 menit.

Kebijakan penggunaan pemain muda ini mendapat kritik dari gelandang asing PSM, Willem Jan Pluim. Menurut pemain berpaspor Belanda itu, keberadaan pemain muda bagus buat tim. Namun, tidak bisa pula dipaksakan.

Dia berpendapat, proses promosi pemain muda ke tim senior semestinya terjadi secara alami ketika kualitasnya sudah mumpuni. Jika dipaksakan, bukan tak mungkin malah berdampak tak baik bagi sang pemain.

"Ketika masih berusia di bawah U-23, saya main di tim utama bukan karena peraturan tetapi karena layak. Saat layak, kamu main. Tetapi, kalau tidak layak, kamu tidak main," ujar dia.

"Saat kamu memaksakan pemain yang belum layak untuk main, itu akan menurunkan kualitas liga dan sepak bola Indonesia," tuturnya.