Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Gula di Awal Tahun Itu Bernama Piala Presiden

By Jumat, 10 Februari 2017 | 00:15 WIB
Presiden Joko Widodo melakukan tendangan pertama Piala Presiden 2017 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Sabtu (4/2/2017). (DOK. KEMENPORA)

Dua tahun silam, Piala Presiden hadir sebagai obat bius bagi derita klub akibat mandeknya denyut nadi sepak bola nasional. Tahun ini, Piala Presiden dijadikan PSSI sebagai tahapan awal memajukan industri sekaligus pembinaan sepak bola di Tanah Air.

Penulis: Kukuh Wahyudi/Gonang Susatyo

Piala Presiden edisi kedua di tahun ini ibarat gula. Rasa manisnya mampu memikat semut-semut perusahaan untuk mengalokasikan dananya sebagai sponsor.

"Sebesar 43 miliar rupiah berhasil kami kumpulkan dari sponsor. Jumlah itu untuk menggelar total produksi turnamen, seperti hadiah, match fee, transportasi klub, serta bantuan 800 juta untuk setiap klub yang ditunjuk sebagai tuan rumah," kata Iwan Budianto, Ketua Panpel Piala Presiden sekaligus Kepala Staf Ketua Umum PSSI.

Bahkan, menurut Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, sebenarnya jumlah dana sponsor itu bisa lebih besar lagi. Sebab, ada beberapa perusahaan yang ditolak PSSI untuk memberikan kontribusinya.

Meski sukses menggulirkan Piala Presiden, setidaknya dari segi mencari sumber pendanaan, PSSI belum memikirkan terlalu jauh untuk menggelar ajang pemanasan klub-klub kasta kedua.

Sama seperti halnya klub Liga 1 yang diberikan media pemanasan lewat Piala Presiden, kontestan Liga 2 pun butuh wadah untuk mencoba regulasi-regulasi baru.

Baca Juga:

"Saat ini, kami masih berkonsentrasi ke Piala Presiden. Kalau ada waktu, mungkin akan kami gelar ajang untuk peserta Liga 2. Hal itu akan dibahas lagi," ucap Iwan.

Sementara itu, Maruarar Sirait selaku Steering Committee Piala Presiden, optimistis ajang untuk Liga 2 tak kalah menarik bagi sponsor.

"Saya rasa, jika turnamen ini bisa dipercaya oleh sponsor, turnamen selanjutnya juga bisa. Karena yang mendapat kepercayaan itu institusi (PSSI)," tuturnya.