Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Banur, sapaan Bambang, tidak memungkiri regulasi ini bisa berdampak positif bagi bertambahnya pemain muda bertalenta untuk timnas. Hanya, dengan mengambil contoh pengalaman saat masih aktif bermain, Banur menyoroti mental pemain muda bila dipaksakan tampil di ajang penuh tekanan.
"Jangankan memakai seragam timnas, dulu tidak gampang bagi pemain menembus tim utama di level klub. Mereka harus lebih dulu bersaing di internal klub," ucap Banur.
"Mutu kompetisi Galatama dulu sangat baik karena secara tidak langsung ada pematangan di daerah dan klub masing-masing. Proses ini yang menjadikan pemain betul-betul siap saat tampil di kasta teratas," ujarnya.
Baca Juga:
Karenanya, selain mengawasi pelaksaan regulasi pemain U-23 agar betul-betul tepat guna, Banur juga berharap federasi fokus pada pembinaan berjenjang. PSSI sebelumnya memang telah melemparkan niat memutar kompetisi di kelompok usia 15, 17, dan 19 tahun dengan lebih teratur.
"Dari pembinaan seperti itu nantinya otomatis akan tersaring pemain yang memang layak tampil di kasta teratas bersama tim profesional," ucap pria berusia 58 tahun tersebut.
Hanya, Banur juga berharap PSSI tidak sekadar fokus pada kompetisi di level akar rumput. Menurutnya, program pembinaan usia muda sebaik apapun tidak akan berhasil tanpa kehadiran pelatih berkualitas di level tersebut.
"Jangan mentang-mentang kompetisi kelompok umur, lantas lapangan tidak memadai atau tim itu ditukangi oleh orang yang baru belajar melatih," tutur Banur.
"Bicara soal pembinaan, pelatih juga jangan dilupakan. PSSI harus mempermudah siapapun dalam hal lisensi kepelatihan. Pemain yang sudah punya nama juga boleh disiapkan menukangi tim kelompok umur," katanya.