Perpisahan
Tak hanya kemampuan Siswanto yang membuat Marlboro GP Indonesia tak bisa dilupakan. Kemenangan Doohan di sirkuit ini pun mengagetkan semua pihak.
Ia tampil sebagai kampiun di Sentul dengan catatan waktu 43 menit 50,798 detik (162,772 km/jam).
Beattie yang awalnya diunggulkan justru batal datang lantaran cedera saat latihan di Sirkuit Shah Alam, Malaysia, beberapa pekan sebelumnya.
Tak hanya itu, di kelas 250 cc, Max Biaggi (Chesterfield Aprilia) tak tampil seperti biasanya. Juara 1994-95 ini hanya menjadi runner-up, dengan selisih 1,8 detik dari kampiun Harada (42 menit 13,486 detik).
Meski demikian, pada 1996 Biaggi tetap menjadi juara dunia GP250.
Max Biaggi, Pebalap kelas 250 cc dari tim Aprilia menyapa penonton dari podium setelah berhasil finis kedua GP Indonesia yang digelar di Sirkuit Sentul, (7/4/1996).(MIKE COOPER/ALLSPORT)
Masa itu memang tahun emas Doohan dan Biaggi. Setahun setelahnya, pada 1997, mereka kembali menjadi kampiun di Sentul (September/GP ke-14) sekaligus juara dunia di kelas masing-masing.
Itu terakhir kali mereka merasakan panasnya aspal Sirkuit Sentul.
Bukan karena di tahun berikutnya kedua pebalap ini pensiun, melainkan karena krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1998.
Karena kerusuhan itu, kontrak IRTA dengan Sentul yang semestinya terjalin hingga 2000 harus batal di tengah jalan. Sejak saat itu Sentul tak lagi semeriah dulu.
FAKTA-FAKTA SEJARAH SIRKUIT SENTUL (1996-1997)
- Harga tiket Marlboro GP Indonesia berkisar Rp25 ribu-1 juta untuk tiga hari (Kualifikasi hingga lomba).
- IRTA (Asosiasi Tim-Tim Balap Internasional) melarang wartawan mewawancarai pebalap selama uji coba Sentul.
- Carlos Checa, joki Fortuna Honda Pons, jadi pebalap terbanyak menjajal sirkuit Sentul. Dalam uji coba, ia melakukan 193 kali putaran atau sekitar 766 kilometer.
- Sentul kala itu menjadi sirkuit dengan lintasan terlebar di dunia (15 meter).
- Daryl Beattie, joki Lucky Strike Suzuki, menjadi pebalap dunia pertama yang menginjakkan kaki di Sentul (Maret 1995).
- Pada Marlboro GP Indonesia 1996, panitia mengerahkan 1.700 personel plus 67 tim medis.
- Pemerintah menyediakan 1.200 kamar hotel berbintang untuk menginap para pebalap, kru, hingga pelancong yang datang ke Indonesia.
- Penyelenggaraan Marlboro GP Indonesia 1996 menguras dana Rp5 miliar.
- Lewat wild card sebagai tuan rumah, Indonesia mengirimkan tiga pebalap kelas 125 cc dari Yamaha Racing Team Indonesia (YRTI) pada 1996, yakni Ahmad Jayadi, Ade Taruna, dan Petrus Canisius. Di akhir lomba Ahmad menempati posisi 20, sementara Ade posisi 21.
- Terdapat 262 wartawan yang meliput Marlboro GP Indonesia, 117 di antaranya merupakan wartawan lokal.
- Daya listrik Sirkuit Sentul ditambah tiga kali lipat, dari 15-20 ribu watt menjadi 50-60 ribu watt.
- Panitia meminta uang jaminan 100 dolar AS pada para pemakai pit. Alasannya, untuk berjaga-jaga jika ada kerusakan.
- Pada Minggu, 7 April 1996, Presiden Indonesia, Soeharto, hadir selama lima jam menyaksikan lomba tersebut.
- Saat pertama kali digelar, Sirkuit Sentul berhasil didatangi 50 ribu penonton. Sementara itu, stasiun televisi yang menyiarkan balapan mengklaim balapan disaksikan 300 juta penonton.