Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Prediksi 2017, FC Bayern Muenchen Lagi dengan Perlawanan Liliput

By Minggu, 1 Januari 2017 | 08:01 WIB
Pelatih FC Bayern, Carlo Ancelotti, memberi instruksi kepada para pemainnya saat melawan FC Ingolstadt di pekan ketiga Bundesliga di Allianz Arena, Sabtu (17/9/2016). (GUENTER SCHIFFMANN/AFP)

Bayern Muenchen akan mengukir rekor baru. Pada akhir kompetisi 2016/17, mereka akan dinobatkan sebagai tim pertama sepanjang sejarah Bundesliga yang menjadi juara lima kali berturut-turut.

Penulis: Dwi Widijatmiko

Membosankan? Ya. Tapi, klub-klub top Bundesliga yang lain kali ini harus menyalahkan diri sendiri jika mereka merasa Muenchen sudah memonopoli trofi.

Muenchen 2016/17 bukannya tanpa cela. Ditangani pelatih baru pengganti Pep Guardiola, Carlo Ancelotti, perjalanan FC Hollywood sempat tidak mulus karena melalui proses adaptasi.

Ancelotti mencoba menggelar pola permainan 4-3- 3, menggantikan 4-2-3-1 atau 4-1-4-1 yang sebelumnya dipakai Guardiola. Antara 1 Oktober hingga pertengahan November, Muenchen mengalami periode gelap.

Robert Lewandowski dkk. hanya mendapatkan sembilan poin dari kemungkinan maksimal 18 poin dalam enam pertandingan liga.

Saat itu sebetulnya menjadi kesempatan bagi para rival tradisional untuk mengungguli perolehan poin sang penguasa Jerman.

Yang terjadi tidak seperti itu. Borussia Dortmund, Schalke 04, Wolfsburg, Bayer Leverkusen, dan Borussia Moenchengladbach menghadapi masalahnya sendiri. Sejak 1 Oktober, Dortmund hanya menang tiga kali dalam 11 partai.

Baca Juga:

Schalke mendapatkan start selalu kalah dalam lima partai pertama.

Sempat tak terkalahkan dalam tujuh partai berikutnya, kini Schalke terjebak krisis lagi. Mereka kalah tiga kali dan tak pernah menang dalam empat partai sebelum tutup tahun.

Wolfsburg menjalani neraka di paruh pertama kompetisi. Antara September hingga awal Desember, Tim Serigala hanya menang sekali. Leverkusen?

Mereka naik-turun dalam 16 partai pertama. Jumlah kemenangan (6) nyaris sama dengan kekalahan (7). Gladbach sama parahnya.

Sejak Oktober sampai tutup tahun 2016, juara Bundesliga lima kali ini hanya menang satu kali!

[video]https://video.kompas.com/e/5262847848001[/video]

 

 

Tanpa rivalitas dari tim-tim tradisional itu, Muenchen pun mendapati perlawanan hanya diberikan tim-tim liliput.

RB Leipzig, Hertha Berlin, Eintracht Frankfurt, dan Hoffenheim menempati empat peringkat di bawah Muenchen pada tutup tahun 2016.

Akumulasi gelar juara Liga Jerman dari empat tim liliput ini hanya tiga. Jauh sekali dari koleksi Muenchen (26).

Hanya Hertha (1929/30, 1930/31) dan Frankfurt (1958/59) yang pernah menjadi juara Liga Jerman. Semuanya dan Borussia Moenchengladbach menghadapi masalahnya sendiri.

Sejak 1 Oktober, Dortmund hanya menang tiga kali dalam 11 partai. Schalke mendapatkan start selalu kalah dalam lima partai pertama.

Sempat tak terkalahkan dalam tujuh partai berikutnya, kini Schalke terjebak krisis lagi. Mereka kalah tiga kali dan tak pernah menang dalam empat partai sebelum tutup tahun.

 

Wolfsburg menjalani neraka di paruh pertama kompetisi. Antara September hingga awal Desember, Tim Serigala hanya menang sekali. Leverkusen?

Mereka naik-turun dalam 16 partai pertama. Jumlah kemenangan (6) nyaris sama dengan kekalahan (7). Gladbach sama parahnya.

Sejak Oktober sampai tutup tahun 2016, juara Bundesliga lima kali ini hanya menang satu kali! Tanpa rivalitas dari tim-tim tradisional itu, Muenchen pun mendapati perlawanan hanya diberikan tim-tim liliput.

RB Leipzig, Hertha Berlin, Eintracht Frankfurt, dan Hoffenheim menempati empat peringkat di bawah Muenchen pada tutup tahun 2016. Akumulasi gelar juara Liga Jerman dari empat tim liliput ini hanya tiga.

Jauh sekali dari koleksi Muenchen (26). Hanya Hertha (1929/30, 1930/31) dan Frankfurt (1958/59) yang pernah menjadi juara Liga Jerman. Semuanya sebelum era Bundesliga.

[video]https://video.kompas.com/e/5262860732001[/video]

 

Kembali ke 4-2-3-1

Bisa ditebak, Leipzig dkk. tidak bisa konsisten memberikan perlawanan. Leipzig hanya diizinkan tiga pekan memuncaki klasemen.

Muenchen sudah mengambil alih lagi peringkat pertama, dengan salah satunya menghajar Leipzig 3-0 di partai terakhir 2016.

Para liliput tidak akan bisa menghadang laju Muenchen pada putaran kedua nanti. Sementara itu, para raksasa juga tidak bisa diharapkan lagi. Dortmund (minus 12 poin), Leverkusen (18), Schalke (21), Wolfsburg (23), dan Gladbach (23) sudah tertinggal terlalu jauh.

Apalagi, sekarang Muenchen sudah lepas dari periode gelapnya. Der FCB masuk ke libur Natal- Tahun Baru dengan mencatatkan lima kemenangan beruntun. Perolehan hasil mereka berubah setelah Ancelotti mulai memakai formasi 4-2-3-1 lagi.

Para pemain Muenchen pun "meledak" saat bermain dengan formasi yang memang paling mereka kuasai itu. Pertahanan ganas mencetak gol, lini belakang pun menjadi tangguh.

Muenchen mencetak 14 gol dan kebobolan hanya dua gol dalam lima streak kemenangan sebelum Natal. Benar-benar sudah terlambat untuk mencoba menghentikan Muenchen merebut trofi Bundesliga lagi. Para pesaing sudah membuang kesempatan itu.

Sekarang mereka harus menerima kenyataan bahwa Muenchen hanya menunggu waktu untuk mengukir rekor baru: juara Bundesliga lima kali berturut-turut.

[video]https://video.kompas.com/e/5262855318001[/video]

Pemain Terbaik

Seharusnya Thiago Alcantara mencapai puncak kesempurnaan permainan ketika Bayern Muenchen masih dilatih oleh Pep Guardiola. Eks pelatih Barcelona yang fasih dengan tiki-taka itu mestinya ideal buat Thiago, yang juga kental dengan budaya tiki-taka karena dibesarkan di dalam kultur tersebut di Barcelona.

Akan tetapi, Thiago ternyata justru menemukan level yang baru pada musim ini, saat Muenchen ditangani arsitek tim asal Italia, Carlo Ancelotti. Sewaktu menangani Milan, sang pelatih pernah melahirkan Andrea Pirlo sebagai salah satu deep-lying playmaker terbaik di dunia dan Thiago mengambil manfaat dari hal itu.

Kemampuannya bertambah komplet dengan Anceloti mengajarkan kemampuan defensif dan melepaskan operan-operan jarak jauh, bukan hanya operan pendek ala tiki-taka. Ancelotti pula yang menjajal Thiago dalam peran baru, sebagai pemain “nomor 10” dan sejauh ini Thiago tampil memuaskan di posisi tidak familiar itu.

Musim ini peran Thiago semakin besar buat tim. Dia membuat hampir 96 operan per partai, statistik terbaik sepanjang kariernya. Angka itu juga yang paling banyak dibuat oleh seorang pemain Bundesliga 2016/17. Akurasi operan Thiago pun konstan di atas 90 persen.

Pemain seperti ini jelas bisa menentukan keberhasilan Muenchen menjadi juara.

Raja Gol

Sejak kompetisi 2014/15, Robert Lewandowski (Bayern Muenchen) dan Pierre-Emerick Aubameyang (Borussia Dortmund) selalu bersaing di papan atas pencetak gol terbanyak Bundesliga.

Lewandowski selalu fi nis di atas Aubameyang, termasuk dengan menjadi torjaegerkannon alias raja gol liga ada musim 2015/16. Namun, mungkin sekarang giliran Aubameyang yang bakal mengalahkan seteru beratnya itu.

Striker asal Gabon tersebut sudah menutup tahun 2016 dengan mencetak 16 gol di Bundesliga, empat gol lebih banyak daripada yang dibukukan oleh Lewandowski. Kesulitan yang dialami Dortmund pada paruh pertama kompetisi tidak menular kepada Aubameyang.

Pada saat Tim Kuning Hitam mengalami kesulitan meraih kemenangan secara konsisten, Aubameyang mencetak gol secara reguler. Pemain kelahiran 27 tahun itu tidak pernah absen mencatatkan diri di score sheet lebih dari satu penampilan di liga.

Dengan rata-rata mencetak 1,06 gol per partai, Aubameyang juga berpeluang melewati barier 30 gol dalam semusim Bundesliga, yang sudah bertahan selama empat dasawarsa. Terakhir kali ada pemain yang mampu mencetak lebih dari 30 gol adalah musim 1976/77.

Ketika itu Dieter Mueller memberikan 34 gol buat FC Koeln.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P