Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Maluku dan Sepak Bola, dari Tulehu untuk Perdamaian

By Rabu, 14 Desember 2016 | 10:18 WIB
Sepak bola di Maluku, jalan merajut perdamaian. (GONANG SUSATYO/BOLA)

“Saya tidak menyangka ada ribuan orang yang menyambut kedatangan kami di Bandara Pattimura. Saya tidak lagi melihat apakah itu Islam atau Kristen. Tidak ada perbedaan lagi.” Demikian ungkapan dari Sani Tawainella, pelatih yang membawa tim Maluku menjuarai Piala Medco U-15 2006.

Penulis: Gonang Susatyo

Kisah keberhasilan tim Maluku menjadi juara nasional sedikit banyak ikut membantu menyatukan Maluku, yang pernah terbelah akibat kerusuhan sosial yang bermula di Ambon pada 1999. Insiden yang kemudian dikenal sebagai kerusuhan Ambon itu telah mengoyak masyarakat Maluku yang sebelumnya hidup berdampingan dengan penuh kedamaian meski berbeda agama.

Mereka yang pernah berada dalam ikatan kuat pela gandong sempat bermusuhan.

Berbagai upaya dilakukan untuk mendamaikan masyarakat yang berkonflik. Ambon (Maluku) akhirnya damai lewat Perjanjian Malino 2002. Hubungan sosial masyarakat pun pulih.

Tak heran bila mereka bisa menyambut tim Maluku yang menjadi juara Piala Medco U-15. Bahkan ada yang berucap Ambon akhirnya bersatu dan tidak ada lagi perbedaan saat menyambut Alfin Tuasalamony dkk.

“Sepak bola yang akhirnya menyatukan Ambon (Maluku). Semua merasakaan kebanggaan saat timnya juara,” kata Sani.

Final

Perdamaian masyarakat Maluku lewat sepak bola tidak terlepas dari keberadaan TVRI. Stasiun televisi nasional itu menyiarkan secara langsung pertandingan final Piala Medco U-15 antara Maluku melawan DKI Jakarta yang harus diselesaikan lewat adu penalti itu.

Sayangnya, siaran langsung tersebut terpaksa berhenti.

Mereka pun mencari informasi tentang pertandingan itu. Bahkan sampai ada yang menghubungi lewat telepon dan kemudian menyampaikannya melalui pengeras suara di masjid maupun gereja.

“Semua bisa menonton final yang akhirnya terhenti siarannya itu. Tapi, kami malah jadi penasaran. Setelah tahu Maluku yang juara, saya merasa senang sekali,” ungkap Ramdani Lestaluhu, gelandang Persija Jakarta yang saat itu bersekolah di Ragunan.

Sebenarnya, upaya mendamaikan masyarakat melalui sepak bola sesungguhnya sudah dirintis oleh Aji Lestaluhu.

Dia adalah mantan pemain asal Tulehu yang pernah membela Makasar Utama (1986-1990) di era Galatama sampai akhirnya memperkuat PSIS Semarang saat kompetisi menyatukan Galatama dan perserikatan.