Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Bila ada yang mengira F1 hanya balapan biasa, maka proses Nico Rosberg menjadi juara dunia mematahkannya. F1 adalah balapan penuh strategi, bisa berhasil dan bisa gagal, tergantung siapa yang menilainya.
Penulis: Arief Kurniawan
Taktik pertama tentu saja yang ditentukan oleh Rosberg sendiri. Namun, sesungguhnya strategi ini sudah ia canangkan, walau tak diungkap, sejak empat balapan terakhir.
Waktu itu Rosberg unggul 33 angka atas Lewis Hamilton. Dengan keunggulan tersebut, Rosberg cukup finis di urutan kedua di empat seri tersisa dan akan tetap unggul di akhir musim dengan selisih lima poin.
Rosberg sendiri sempat mengutarakan tak akan memakai taktik itu. Namun, faktanya dia malah sangat terlihat bermain aman dan benarbenar memakai taktik itu.
Setelah memenangi GP Jepang, Rosberg merasa nyaman dengan posisi kedua di GP Amerika. Itulah balapan pertama di mana ia menerapkan strateginya bermain aman.
Sadar bahwa mobil Mercedes yang ia tunggangi punya kapasitas lebih dari cukup untuk selalu finis di urutan kedua, Rosberg melakukannya lagi di Meksiko dan Brasil.
Tiga sudah terpakai sempurna. Bagaimana dengan yang keempat, balapan pamungkas di Abu Dhabi hari Minggu (27/11)?
Sesungguhnya Rosberg bisa memainkan satu kartu truf baru sebagai taktik tambahannya, yakni ia cukup finis di posisi tiga, seberapa pun jauh jaraknya dengan Hamilton kalau dia menang di Sirkuit Yas Marina.