Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Berlari Sendiri Versus Berlari dalam Grup

By Firzie A. Idris - Selasa, 22 November 2016 | 05:24 WIB
Para pacer dan influencer dari Nike Indonesia, termasuk Ben Kasyafani, Nadya Putriani, Amelia Callista, dan Laila Munaf, berlari di ajang Combi Run, BSD, Tangerang Selatan pada Minggu (13/11/2016). (YUAN REVA PHOTOGRAPHY)

Grup-grup dan clan-clan menjamur agar para gamer bisa berbagi informasi dan bermain bersama.

Serupa dengan contoh-contoh di atas, saya pun merasakan keseruan bersama grup. Keseruan ini datang bersama Nike Family, para influencer, pacer, dan pelari dari Nike Indonesia pada acara lari di BSD beberapa waktu lalu.

Perbedaan langsung terasa.

Kala berlari solo, saya bisa bebas menentukan langkah lari seperti dalam lari-lari 10k pertama saya.

Apabila letih tinggal berjalan.

Apabila mulai ketinggalan dari orang-orang yang saya tag sebagai marker (saya tak boleh lebih lambat dari pria bertopi itu, misalnya) saya baru menggeber langkah lagi.

Apabila mau selfie, tinggal berhenti (tapi saya tak pernah melakukan ini, sungguh!).

Bagi pelari pemula seperti saya, hal itu sah-sah saja. Namun strategi itu tak membantu ketika bergabung di grup. Saya terlalu sering jalan dan kurang berlari.

Sebenarnya, tiga kilometer pertama saya lewati mengimbangi mereka. Sembari bercanda dan membahas isu-isu terkini soal olahraga, jarak tak terlalu terasa.

Namun, kebiasaan stop and go saya kick in pada kilometer keempat dan seterusnya.