Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Rasanya kurang adil apabila kita membandingkan kinerja Eden Hazard di musim ini dan musim 2015/16. Sebabnya, nyaris seluruh pemain Chelsea seperti “sepakat” untuk berperforma buruk di musim terakhir Jose Mourinho tersebut.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Komparasi memang otomatis muncul ketika Hazard memamerkan aksi fantastis bersama Si Biru di awal musim 2016/17.
Tujuh gol yang sudah dikemasnya di saat Premier League baru memainkan 11 gameweek, sudah jauh melewati total 4 gol yang diraihnya sepanjang musim kemarin.
Tentu rapor Hazard tampak jauh lebih mencengangkan. Namun, jika ingin berlaku lebih adil, ada baiknya kita tengok catatan gelandang serang Belgia itu di musim-musim sebelumnya.
Dimulai dari musim debut di 2012/13, saat dirinya masih dilatih Roberto Di Matteo lalu Rafa Benitez hingga musim ketiga bersama Mou.
Supaya lebih komprehensif, parameternya juga harus diambil dari 11 gameweek awal di masing-masing musim.
Dari sini bisa dilihat kinerja Hazard yang cenderung stabil, di mana ia mampu mengukir masing-masing 2 gol di awal 2012/13, 4 gol di awal 2013/14, dan 3 gol di awal 2014/15.
Kendati demikian, walaupun masih harus kita tunggu seberapa banyak gol yang dikumpulkan pada akhir musim nanti, setidaknya tujuh gol di 11 laga pembuka Premier League 2016/17 menunjukkan betapa meroketnya pencapaian eks andalan Lille yang dibeli Chelsea seharga 32 juta euro itu.
“Hazard pemain yang sangat komplet jika ia bermain seperti ini, dengan atau tanpa memegang bola,” begitu pujian yang meluncur dari mulut Antonio Conte, pelatih anyar The Blues, seperti dikutip dari BBC. “Hazard harus dan akan terus bermain seperti ini di setiap laga karena ia punya talenta luar biasa besar.”
Conte merasa perlu melayangkan pujian khusus bagi salah satu aset terbaiknya itu.
Walaupun Diego Costa juga memiliki kontribusi penting berkat 9 golnya dan barisan belakang mampu memperlihatkan kualitas ciamik dalam mencatat lima clean sheet di lima gameweek terakhir (6 secara overall), memang Hazard yang paling signifikan.
Lebih ke Dalam
Adalah Conte sendiri yang memungkinkan Hazard melakoni kemajuan besar, berkat pergeseran posisi seiring perubahan formasi di lima partai terakhir.
Conte mulai mengaplikasikan sistem tiga bek dalam skema 3-4-2-1 (lebih lazim disebut 3-4-3) sebagai jawaban kekalahan 0-3 dari Arsenal di laga sebelumnya.
Sejak melakoni debut dan menginjak gameweek 6, ditambah dua partai di Piala Liga, Conte menurunkan sistem 4-2-3-1 dan 4- 1-4-1.
Dalam dua formasi tersebut, Hazard bermain lebih melebar di pos gelandang kiri atau penyerang kiri. Tugasnya pun tak sebatas menyerang, tapi juga dituntut membantu pertahanan.
Ketika tampil dengan formasi 3-4-2-1, Hazard cenderung bermain lebih ke sentra lapangan. Dari sisi defensif, peran Hazard bisa ditutup oleh kehadiran Marcos Alonso.
Sementara itu, di saat menyerang, Hazard tak melulu harus menyayat masuk dari sisi kiri lapangan guna mengirim umpan ke kotak penalti.
“Saya hanya mendapatkan kebebasan yang lebih besar, baik saat menguasai bola maupun tidak. Saya juga tak perlu banyak mundur karena ada Alonso di sana dan hanya perlu berada di posisi awal. Dengan bola saya bisa bebas bergerak ke mana saya mau,” ujar Hazard di Standard, mengomentari kemajuan pesatnya.
Soal lebih banyaknya gol yang mampu dicetak, Hazard menuturkan bahwa dirinya cuma menjawab pertanyaan publik perihal aksi minim dalam mencoba melepas tembakan.
“Sekarang saya bisa mendapat lebih banyak peluang dan berusaha terus menembak. Saya tak tahu apakah akan berujung dengan gol, tapi paling tidak kini bisa lebih banyak menciptakan peluang,” ucap Hazard.