Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pebulu tangkis ganda putra Indonesia, Hendra Setiawan, sudah memutuskan mundur dari pelatnas dan memilih sebagai pemain profesional. Hendra akan resmi keluar dari pelatnas pada 1 Desember 2016.
Keputusan mantan pasangan Mohammad Ahsan ini akan berdampak pada peta skuat ganda putra pelatnas dibawah binaan kepala pelatih, Herry Iman Pierngadi.
Apa dan bagaimana pandangan pelatih senior ini mengenai hal ini? Berikut petikan wawancaranya.
Apakah Hendra sudah berkomunikasi dengan coach Herry soal mundur dari pelatnas?
Setelah Olimpiade Rio 2016 memang Hendra pernah membicarakan hal ini dengan saya. Dia sudah memikirkan untuk berkarier profesional karena merasa sudah berumur.
Hendra sepertinya ingin lebih enjoy dalam sisa kariernya di bulu tangkis. Sebagai pemain timnas, sepertinya kendalanya ada di komitmen waktu.
Seorang Hendra kalau sudah di sini (pelatnas) itu total banget, dari pagi sampai sore. Waktu bersama keluarganya jadi berkurang. Mungkin kalau dia profesional, lebih enjoy, jadi tidak ada rasa enggak enak sama PBSI, dan lain-lain. Itu pilihan Hendra, saya tidak bisa memaksakan.
Hendra juga berharap agar regenerasi di pelatnas bisa berjalan setelah dirinya mundur?
Ada betulnya juga, kalau masih ada Ahsan/Hendra, banyak pemain lain pasti berpikir "ah, masih ada Hendra/Ahsan".
Tetapi, pergeseran ini sudah kami persiapkan dari jauh hari. Dengan mundurnya Hendra, mau tidak mau, beban akan bergeser ke pemain-pemain dibawahnya. Ada betulnya Hendra punya pemikiran seperti itu.
Bagaimana peta tim ganda putra selanjutnya?
Sudah sejak lama kami sudah mempersiapkan diri, bahwa ganda putra tidak bisa terus bergantung pada Ahsan/Hendra. Saya sudah kumpulkan semua pemain ganda putra dan mengatakan bahwa sudah waktunya pemain lain selain Ahsan/Hendra yang ditargetkan juara.
Efektifnya awal tahun depan, pemain pelapis harus bisa mengemban tugas ini. Mereka harus siap menggantikan Ahsan/Hendra.
Setelah Hendra keluar dari pelatnas, bagaimana dengan Ahsan?
Sekarang di pelatnas masih ada Ahsan dan saya meminta bantuan Ahsan untuk "mengangkat" pemain muda. Seperti yang dulu Hendra lakukan kepada Ahsan. Memang selalu seperti ini, di ganda, dua itu jadi satu, berbeda dengan tunggal.
Bagaimana dengan kombinasi pasangan baru?
Saat ini saya masih belum bisa bicara detail karena tahun depan akan ada kepengurusan baru. Jadi, bisa saja ada beberapa perubahan. Nanti, setelah kepengurusan baru terbentuk, baru akan disampaikan.
Di mata coach Herry, pasangan mana yang paling siap menerima tongkat estafet dari Ahsan/Hendra mengingat dua tahun lagi akan ada Piala Thomas, bahkan Piala Sudirman sudah di depan mata?
Kalau melihat di Piala Thomas 2016, saya rasa Angga (Pratama)/Ricky (Karanda Suwardi) sudah siap menggantikan peran Hendra/Ahsan. Tinggal Marcus (Fernaldi Gideon)/Kevin (Sanjaya Sukamuljo) yang akan dipersiapkan lagi. Saya optimistis mereka siap. Ya, siap nggak siap harus siap.
Apa saja yang mesti dipoles dari kedua pasangan ini?
Angga harus meningkatkan kekuatan tangan dan ototnya, sedangkan Ricky fisiknya tidak banyak yang perlu ditambahkan, namun ada beberapa pukulan yang harus dimatangkan.
Overall, mental dan ketenangan dalam bertanding yang harus ditingkatkan. Namun, pencapaian mereka ke semifinal Denmark Terbuka dan Prancis Terbuka 2016 secara beruntun adalah sebuah kemajuan.
Untuk Marcus, harus dimaksimalkan fisik dan pemulihan pasca cedera. Sebaliknya, Kevin punya fisik yang oke, VO2 max Kevin bagus. Namun, sebagai playmaker, Kevin harus lebih sabar mengatur irama permainan dan memperbanyak variasi di depan net.