Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Inter Milan tercatat telah melakukan pergantian pelatih di tengah kompetisi dalam 7 musim sejak 1996-1997. Mayoritas keputusan petinggi I Nerazzurri (Hitam-Biru) selama dua dekade itu gagal mendatangkan kesuksesan.
Inter Milan termasuk klub yang doyan melakukan suksesi kepelatihan ketika musim berjalan.
Dalam dua dekade terakhir, hanya ada 7 pelatih yang melakoni musim penuh tanpa dipecat sampai akhir kompetisi.
Mereka adalah Luigi Simoni (1997-1998), Marcello Lippi (1999-2000), Hector Cuper (2001-2003), Roberto Mancini (2004-2008, 2015-2016), Jose Mourinho (2008-2010), Andrea Stramaccioni (2012-2013), serta Walter Mazzarri (2013-2014).
Momen suksesi kepelatihan ketika kompetisi berlangsung terjadi kembali musim ini.
Setelah Frank de Boer dipecat, Nerazzurri menunjuk Stefano Vecchi sebagai caretaker alias pelatih sementara dan akan mengumumkan pelatih kepala yang baru pada Selasa (8/11/2016).
Baca Juga:
Inter harus berhati-hati menetapkan pilihan karena dalam 20 musim terakhir, hanya Leonardo Araujo pelatih pengganti tengah musim yang bisa dibilang sukses.
Penunjukan suksesor lain berujung sedikit perbaikan saja atau bahkan lebih buruk.
"Sejarah Inter menjelaskan bahwa klub tak pernah menjadi lebih kuat, tetapi mereka bisa sukses dengan pelatih yang hebat seperti Giovanni Trapattoni atau Mourinho," kata legenda Nerazzurri, Giuseppe Bergomi, kepada Sky Sport Italia.
Berikut rangkaian 7 kejadian saat Inter melakukan pergantian pelatih di tengah berjalannya kompetisi.
1996-1997: Roy Hodgson - Luciano Castellini
Roy Hodgson with Paul Ince during their time at Inter Milan. pic.twitter.com/62FwwhK667
— 90s Football (@90sfootball) August 4, 2015
Hodgson meneruskan pekerjaannya di Inter setelah menggantikan Luis Suarez Miramontes pada 1996.
Kinerja Nerazzurri di bawah asuhan pria Inggris itu sebenarnya tak jelek-jelek amat. Inter dibawa melaju ke final Piala UEFA dan papan atas Serie A.
Hanya, kekalahan Sang Hitam-Biru dari Schalke lewat adu penalti di laga puncak Piala UEFA mendatangkan kekecewaan terhadap Hodgson.
Dia juga terlibat konflik dengan beberapa pemain, termasuk Javier Zanetti. Alhasil, Hodgson dan Inter berpisah saat Serie A tinggal menyisakan dua pekan.
Posisinya diisi pelatih sementara, Luciano Castellini. Inter mengakhiri musim pada posisi ketiga di Serie A - titik tertinggi mereka dalam 4 musim.
Klub berlambang ular raksasa itu juga finis sebagai runner-up Piala UEFA dan semifinalis Coppa Italia.
1998-1999: Luigi Simoni - Mircea Lucescu - Luciano Castellini - Roy Hodgson
Mircea #Lucescu non ha dubbi: "Inter, prendi Pirlo! @robymancio lo vuole per lo Scudetto".https://t.co/3dWWS6kNuP pic.twitter.com/WQjsQSUy3p
— Francesco Fontana (@fontafrancesco1) November 13, 2015
Periode ini bisa digolongkan salah satu musim terkelam bagi Inter Milan karena klub mengangkat 4 pelatih berbeda!
Angka suksesi tersebut merupakan yang terbanyak dalam satu musim bagi Nerazzurri.
Kelar mengantar klub menjadi runner-up Serie A dan juara Piala UEFA 1997-1998, Luigi Simoni dipecat hanya tiga bulan setelah start 1998-1999.
Ia digantikan Mircea Lucescu, yang melatih klub antara pekan 12-26. Lucescu kemudian pergi dan tugasnya dilanjutkan oleh Castellini (pekan 27-30) serta Hodgson lagi (31-34).
Akibat kebingungan di level manajerial, Nerazzurri cuma finis di peringkat ke-9 di liga, semifinal Coppa Italia, dan perempat final Liga Champions.
Padahal, pemain level bintang melimpah di skuat mereka, seperti Ronaldo Luis, Roberto Baggio, sampai Ivan Zamorano.
2000-2001: Marcello Lippi - Marco Tardelli
Siapa dia? Marco Tardelli. Hanya sebentar saja menangani Inter :) pic.twitter.com/zM7rTLyKQi
— ICI Rayon Krw Timur (@ICI_KrwTimur) July 12, 2015
Petaka sudah dimulai sejak dini. Marcello Lippi dipecat pada tahap-tahap awal kompetisi.
Sebabnya, Inter tersingkir di babak Kualifikasi Liga Champions di tangan klub Swedia, Helsingborg, dan takluk pada pekan perdana Serie A oleh Reggina.
Penggantinya, Marco Tardelli, tak kalah rapuh. Mantan gelandang Inter dan Juventus itu meninggalkan jejak mimpi buruk berupa kekalahan terbesar Nerazzurri dalam derbi versus AC Milan (0-6).
Sang Hitam-Biru menuntaskan musim di peringkat ke-5, perempat final Coppa Italia, dan babak 16 besar Piala UEFA walau punya mesin gol sekelas Christian Vieri.
2003-2004: Hector Cuper - Corrado Verdelli - Alberto Zaccheroni
Selamat ulang tahun yg ke-59 Hector Cuper (eks Pelatih Inter 2001-2003) pic.twitter.com/LBNbLVMPO5
— ICI JOGJAKARTA (@ICI_Jogja) November 16, 2014
Skuat mahal Inter Milan kembali gagal berprestasi. Dalam musim ketiganya, Hector Cuper dipecat setelah hanya melakoni 6 pekan perdana.
Tongkat kemudi kepelatihan sempat dipegang asistennya, Corrado Verdelli, dan berpindah tangan kepada Alberto Zaccheroni (pekan 7-34).
Kombinasi tenaga mereka hanya menghasilkan posisi finis ke-4 di Serie A, semifinal Coppa, dan perempat final Piala UEFA.
2010-2011: Rafael Benitez - Leonardo Araujo
Selamat ulang tahun Leonardo Araujo. Pelatih terakhir yang memersembahkan gelar juara untuk Inter. pic.twitter.com/3hckbO9pDC
— Twinter Indonesia (@LoGueInteristi) September 4, 2014
Rafael Benitez dibebankan tugas berat meneruskan pekerjaan Jose Mourinho, yang sukses besar dalam dua musim sebelumnya.
Start Rafa sudah bagus dengan menghasilkan trofi Piala Super Italia dan Piala Dunia Klub 2010. Hanya, kinerja Benitez di liga dianggap payah.
Dalam keadaan tertinggal 13 poin dari pemuncak klasemen, AC Milan, Benitez didepak pada 23 Desember 2010.
Penggantinya, Leonardo - eks pemain Milan - mendapat sambutan lebih hangat dari fans.
Dia membawa Inter finis sebagai runner-up liga dan menjuarai Coppa Italia, yang notabene gelar terakhir Inter sampai saat ini.
2011-2012: Gian Piero Gasperini - Claudio Ranieri - Andrea Stramaccioni
Claudio Ranieri rivela il motivo del suo esonero all’ Inter https://t.co/NDu81d6yZx pic.twitter.com/OwKIqesBpm
— interdipendenza.net (@vivoperlinter) September 13, 2016
Tradisi memecat pelatih di tahap awal musim terjadi lagi. Gian Piero Gasperini ditendang setelah memimpin tim hanya dalam 4 pekan perdana.
Alibinya, Inter mencatat start terburuk sejak 1921-1922 karena cuma meraih satu kemenangan. Si Tukang Reparasi, Claudio Ranieri, menambal posisi Gasperini.
Awalnya bagus dengan raihan 5 tripoin beruntun pada pekan 15-19. Cuma, rapor Inter lantas menukik tajam hingga berakibat pemecatan Ranieri setelah pekan ke-29.
Kejutan muncul dengan pengangkatan pelatih tim junior, Andrea Stramaccioni, sebagai suksesor Ranieri.
Perjalanan Inter berakhir di peringkat ke-6 Serie A, perempat final Coppa, dan babak 16 besar Liga Champions.
2014-2015: Walter Mazzarri - Roberto Mancini
Roberto Mancini Menyesal Kembali ke Inter Milan https://t.co/wCZBlIk6sg pic.twitter.com/SASGrrDoGx
— Juara (@Juara) October 28, 2016
Kemenangan fantastis 7-0 atas Sassuolo pada pekan ke-2 mungkin satu-satunya catatan bagus Walter Mazzarri pada musim 2014-2015.
Akibat kelesuan hasil saat memasuki November, Mazzarri dipecat dan digantikan oleh Roberto Mancini.
Saat itu, Nerazzurri berada di peringkat ke-9. Dalam periode keduanya di Inter, Mancini mencatat rapor tak kalah jauh dibandingkan Mazzarri.
Inter finis pada peringkat ke-8 di klasemen Serie A. Di Coppa, mereka hanya mencapai perempat final dan cuma sampai babak 16 besar Liga Europa.
2016-2017: Frank de Boer - Stefano Vecchi - Stefano Pioli
Kelesuan start Inter di bawah asuhan De Boer membayangi musim debut sang pelatih di Italia.
Sampai akhir November, Inter berada di peringkat ke-12 dan menjadi juru kunci di fase grup Liga Europa.
Stefano Vecchi meneruskan pekerjaannya sebagai pelatih sementara dengan menjalani dua partai (vs Southampton 1-2 dan vs Crotone 3-0).
Selanjutnya, Inter menunjuk sosok pelatih tetap yang baru. Dia adalah eks juru taktik Lazio, Stefano Pioli (eks Lazio), yang juga pernah memperkuat Juventus sebagai bek pada era 1980-an.
Bagaimana rapor sang bos baru itu kelak?
[video]https://video.kompas.com/e/5199242254001_v1_pjuara[/video]