Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Beberapa Faktor Utama Penentu Masa Depan Indra Sjafri di Bali United

By Sabtu, 5 November 2016 | 04:18 WIB
Indra Sjafri saat diwawancarai wartawan usai laga Torabika Soccer Championship (TSC) di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar. (YAN DAULAKA/JUARA.NET)

Indra Sjafri boleh memesona saat menukangi Indonesia U-19. Namun, racikan lelaki 53 tahun ini rupanya sudah dikunci oleh pelatih-pelatih lain. Gaya permainan Bali United sudah dihafal oleh tim lawan.

Masalahnya, Indra seperti tak punya rencana B saat strateginya mentok. Torehan 23 gol, yang hanya lebih baik dibanding Persija Jakarta (21) pada TSC, memperlihatkan betapa Indra belum mampu mencari solusi permasalahan tim.

Laga Kandang

Sejak awal, suporter Bali United tidak menuntut tim kesayangan mereka menjadi juara di TSC. Semeton Dewata hanya meminta satu hal, yakni menjadikan Stadion Kapten I Wayan Dipta angker bagi lawan-lawannya.

Harapan ini yang tak bisa dipenuhi Bali United. Dari 13 laga kandang, Gede Sukadana cs dipaksa menelan dua kekalahan dan enam kali imbang.

Banyak yang mulai membanding-bandingkan saat Stadion Kapten I Wayan Dipta dipakai oleh Persegi Gianyar. Salah satunya I Wayan Sukadana.

Kapten Persegi saat kompetisi Divisi Utama 2004-2005 itu menceritakan tangguhnya Persegi dalam laga kandang. Bahkan saking susahnya mendapatkan poin dari stadion tersebut, ada pemain lawan yang sampai mengajak main mata dengan ofisial Persegi.

"Saat itu, pemain yang beragama Hindu biasanya bersembahyang di pura depan pintu utama stadion sebelum pertandingan. Tujuannya untuk mendapatkan berkat dengan percikan tirta (air) yang sudah disucikan. Setelahnya, kami berdoa di pelinggi meminta pertolongan dan keselamatan," ujar Sukadana.

"Yang jelas, usai berdoa dan membawa sesajen, rasa percaya diri kami sangat tinggi. Selain itu, jangan sekali-sekali ofisial maupun pelatih dan pemain merasa sombong dan menganggap enteng lawan," lanjutnya.

Bisnis