Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

AC Milan Vs Juventus: Rivalitas yang Memudar

By Nugyasa Laksamana - Sabtu, 22 Oktober 2016 | 16:45 WIB
Pemain Juventus, Stephan Lichtsteiner (kanan), berduel dengan pemain AC Milan, Mattia De Sciglio, dalam laga final Coppa Italia di Stadion Olimpico, Roma, 21 Mei 2016. (TIZIANA FABI/AFP)

Dalam waktu satu dekade terakhir, tak dapat dimungkiri bahwa persaingan di antara Juventus dan AC Milan terus memudar. Perbedaan kualitas skuat menjadi faktor utamanya.

Dulu, ketika orang-orang berbicara tentang kekuatan papan atas Serie A, biasanya obrolan tak akan jauh dari Juventus dan AC Milan.

Maklum, kedua klub kerap bersaing ketat dalam meniti tangga juara, serta sama-sama mempunyai basis penggemar yang terbilang luar biasa.

Seorang jurnalis Italia yang bekerja untuk Guerin Sportivo, Alessandro Lanzini, pernah memberikan penegasan itu.

Ia secara lugas menyatakan bahwa persaingan antara Juventus dan AC Milan merupakan derbi Italia yang sesungguhnya.

"Juventus dan AC Milan adalah klub yang punya pendukung terbanyak di Italia. Mereka bisa mengklaim dukungan lebih dari 50 persen suporter Italia," kata Lanzini.

Kedua klub juga pernah terlibat arus pertukaran pemain. Banyak nama besar, baik langsung dan tidak, yang pernah bertukar seragam dari Juventus ke AC Milan, atau sebaliknya.

Pemain-pemain tersebut di antaranya adalah Edgar Davids, Roberto Baggio, Filippo Inzaghi, Zlatan Ibrahimovic, hingga Andrea Pirlo.

Baca Juga:

Persaingan AC Milan dan Juventus juga pernah mencapai puncaknya, yakni saat kedua klub saling berhadapan dalam partai final Liga Champions 2002-2003 di Stadion Old Trafford.

Pertandingan berjalan alot dan bertahan tanpa gol hingga 120 menit. Laga pun terpaksa ditentukan lewat drama adu penalti yang akhirnya dimenangi oleh AC Milan.

Namun belakangan ini, persaingan tersebut seakan tak mengemuka lagi. Kesenjangan kualitas di antara kedua kubu menjadi faktor utamanya.

Mengacu pada beberapa hasil pertemuan teranyar keduanya di Serie A, Juventus kini diibaratkan seperti "monster" bagi AC Milan.

Bayangkan saja, dalam tujuh perjumpaan terakhir di kancah Serie A, Juventus selalu menyudahinya dengan kemenangan, baik kandang maupun tandang.

Adapun Rossoneri terakhir kali menang atas Juventus pada 26 November 2012. Tampil di San Siro, AC Milan yang kala itu masih ditangani Massimiliano Allegri, pelatih Juventus saat ini, menang tipis 1-0 berkat gol Robinho.

Kesenjangan yang semakin melebar

Setelah diterpa kasus besar Calciopoli pada 2006, AC Milan dan Juventus mulai menata kembali kekuatan mereka. Perlahan namun pasti, keduanya pun sanggup menduduki lagi jajaran atas Serie A.

Pada 2010, AC Milan memiliki komposisi pemain mentereng. Sederet nama bintang seperti Ibrahimovic, Pirlo, Clarence Seedorf, Thiago Silva, Alessandro Nesta, hingga Mark van Bommel sempat menghiasi daftar skuat Rossoneri.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, AC Milan justru mengalami kondisi tak menentu. Nama-nama pemain yang disebutkan tadi satu per satu mulai pergi.

Sementara itu, memasuki 2011, Juventus mulai berbenah ke arah yang lebih baik. Mereka semakin solid dan komplet dengan hadirnya pelatih Antonio Conte.

Terlebih lagi, Juventus sukses mendatangkan sejumlah pemain penting, seperti Arturo Vidal, Paul Pogba, Mirko Vucinic, hingga Pirlo yang sebelumnya adalah pilar kunci AC Milan.

Otomatis, rivalitas di antara kedua klub memudar. Perlahan, AC Milan seolah "mundur" dari persaingan menuju tangga juara akibat komposisi pemain yang mulai tak seimbang.

AC Milan semakin terpuruk pasca-kepergian Allegri pada 2014. Seedorf dan Inzaghi yang sempat mengisi kursi kepelatihan AC Milan, tak mampu mengangkat prestasi klub secara signifikan.

Sejak itulah, Juventus lebih sering bersaing memperebutkan scudetto dengan Napoli atau AS Roma.

Lantas bagaimana nasib AC Milan? Pada akhir musim 2013-2014, mereka terlempar dari posisi lima besar! (peringkat kedelapan).

 

Pantaskah disebut duel adu kandidat juara?

Pekan ini, tepatnya Sabtu (22/10/2016) waktu setempat, atau Minggu dini hari pukul 01.45 WIB, AC Milan akan kembali berhadapan dengan Juventus di Stadion Giuseppe Meazza, San Siro.

Namun, jika berpegangan pada hasil pertemuan kedua tim dalam beberapa tahun terakhir, pantaskah jika duel nanti dianggap sebagai laga adu kuat kandidat juara Serie A?

Saat ini, Juventus sedang berada di puncak klasemen Serie A dengan perolehan 21 poin. Adapun AC Milan menduduki posisi ketiga dengan raihan 16 angka.

Melihat posisi pada papan klasemen, aroma persaingan keduanya pun kembali tercium. Sejumlah pihak meyakini, AC Milan yang kini diasuh oleh Vincenzo Montella, mulai menunjukkan tajinya.

Dari delapan laga, AC Milan hanya tiga kali gagal meraih kemenangan, yakni kalah dari Udinese dan Napoli, serta diimbangi Fiorentina.

Selebihnya, AC Milan sukses menyudahi laga dengan memetik tiga poin. Situasi ini setidaknya mengangkat mentalitas tim, dan memunculkan harapan dari para pendukung mereka.

Jangan dulu membahas perbandingan materi pemain. Berbicara tentang kedalaman dan kualitas skuat Juventus jelas masih lebih unggul dari AC Milan.

Meski kehilangan sosok Paul Pogba pada bursa transfer musim panas 2016, Juventus setidaknya masih punya pemain sekelas Paulo Dybala, Gonzalo Higuain, Sami Khedira, Dani Alves, dan Miralem Pjanic.

Sementara itu, AC Milan menggelontorkan "dana besar" hanya untuk memboyong Jose Sosa (7,5 juta euro) dan Gianluca Lapadula (9 juta euro).

Akan tetapi, bagaimanapun juga AC Milan tetaplah AC Milan, dan demikian pula dengan Juventus. Persaingan di antara keduanya masih layak untuk dinantikan.

Apalagi AC Milan sedang dalam kepercayaan diri tinggi. Hal ini pun diyakini bisa menjadi batu sandungan bagi sang juara bertahan Serie A.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P