Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Atletico Madrid menuju ruang ganti San Siro dengan perasaan gundah. Mereka tertinggal 0-1 dari seteru satu kota, Real Madrid, ketika duel final Liga Champion 2015-2016 memasuki masa rehat.
Penulis: Sem Bagaskara
Ahli strategi Atletico, Diego Simeone, bereaksi dengan memasukkan Yannick Ferreira Carrasco untuk menggantikan Augusto Fernandez persis setelah jeda babak. Carrasco menjadi simbol kebangkitan Atletico.
Penyerang asal Belgia itu membuat permainan Los Colchoneros lebih bergairah.
Ia kemudian mencetak gol penyama kedudukan sehingga laga berlanjut ke dua kali perpanjangan waktu hingga adu penalti. Sial bagi Atleti, La Orejona (Si Kuping Besar) gagal mampir ke lemari trofi mereka.
Los Colchoneros takluk 3-5 di babak tos-tosan.
Piala gagal digenggam, tapi Simeone sekali lagi menunjukkan bahwa ia adalah figur pelatih yang sangat jago memotivasi pemain.
Setiap melangkah ke arena lapangan, personel Atletico seperti membawa perasaan bahwa mereka adalah bagian penting dari tim, entah mentas sebagai starter atau pengganti.
Bayangkan, di La Liga musim lalu, Atletico mendapatkan 16 gol dari pemain pengganti. Jumlah itu 25,3 persen dari total gol tim!
Angel Correa menjadi yang tertajam via torehan lima gol kala masuk ke lapangan dari bangku cadangan. Kontribusi barisan pemain pengganti Atletico masih besar pada musim ini.
Lihat saja partai Atletico versus Granada di Vicente Calderon pada pekan ke-8 La Liga 2016/17, yang berkesudahan dengan skor telak 7-1.
Sebanyak tiga dari tujuh gol kemenangan Los Colchoneros disumbang oleh pemain pengganti. Nico Gaitan mengemas sepasang gol, sementara nama Tiago Mendes satu kali masuk papan skor.
"Hal terbaik yang saya saksikan adalah respons dari semua pemain. Mereka bermain untuk kualitas, bukan kuantitas," kata Simeone seusai pertandingan.
Baca Juga:
Namun, duel melawan Granada sebenarnya bukanlah partai terbaik untuk mendeskripsikan kepiawaian Simeone membaca alur permainan. Kontribusi Gaitan dan Tiago tak begitu signifikan. Sebelum mereka masuk, Atletico sudah memimpin 3-1.
Partai pekan kelima dan keenam La Liga 2016/17 lebih pas dijadikan sampel. Pada pekan kelima, Atletico menutup babak pertama partai melawan Barcelona di Camp Nou dengan tertinggal 0-1. Simeone kemudian merespons pada menit ke-60.
Ia melakukan pergantian dobel.
Krusial
Fernando Torres masuk menggantikan Saul Niguez, sementara Correa mengisi pos Kevin Gameiro. Efek pergantian yang dilakukan Simeone itu begitu instan. Baru satu menit menginjak lapangan, Torres dan Correa langsung memberikan kontribusi riil.
Sodoran Torres mengawali gol penyama kedudukan yang dicetak Correa. Skor 1-1 bertahan hingga akhir laga dan Atletico pun berhasil membawa pulang sebiji poin berharga dari markas Barca.
Tangan dingin Simeone kembali terlihat pada laga berikut, kala Atletico menang 1-0 atas Deportivo di Calderon. Antoine Griezmann muncul sebagai pemecah kebuntuan via golnya pada menit ke-70.
Namun, gol kemenangan itu tak akan tercipta andai Simeone tidak menarik keluar Carrasco dan memasukkan Gameiro. Gol Griezmann dipicu operan silang mendatar Gameiro.
Kejelian Simeone membaca alur laga bakal krusial kala Atletico bertandang ke markas Sevilla (23/10). Simeone memiliki kecenderungan untuk melakukan pergantian pemain setelah menit ke-60.
Kejutan dari pergantian pemain Simeone bisa merepotkan Sevilla. Soalnya, gawang Los Nervionenses lebih sering jebol pada babak kedua.
Musim ini Sevilla kemasukan 12 kali dan tujuh di antaranya terjadi usai jeda babak, tepatnya pada rentang menit ke-60 sampai 90 alias periode favorit Simeone melakukan pergantian pemain.