Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Santer Tercium Aroma Pep di Timnas Spanyol

By Rabu, 5 Oktober 2016 | 19:17 WIB
Pelatih Spanyol, Julen Lopetegui memberika instruksi pada para pemainnya saat pertandingan kualifikasi WC 2018 melawan Liechtenstein di Reyno de Leon Stadium, Leon, Spanyol, 09 September 2016. (MIGUEL RIOPA/AFP PHOTO)

Mungkin terlalu naif jika kita menyebut keberuntungan sebagai faktor kunci di balik kesuksesan seorang pelatih. Namun, rasanya kurang pada tempatnya pula apabila kita sama sekali tak menyertakan dewi fortuna dalam laju sebuah tim menuju singgasana juara.

Penulis: Sapto Haryo Rajasa

Keberuntungan yang coba diangkat di sini bukan melulu berupa keapesan tim lawan yang sepakannya membentur tiang gawang berkali-kali. Atau hadiah penalti yang diberikan wasit menyusul aksi handball tak sengaja dari tim seberang.

Faktor luck bisa sudah dirasakan bahkan sejak pembentukan tim.

Bukankah ketika memilih personel bagi La Furia Roja dan dihadapkan pada hamparan pemain berkualitas dari Barcelona Vicente del Bosque bisa disebut beruntung?

Joachim Loew juga layak disebut beruntung dalam menyusun skuat Jerman yang beranggotakan bintangbintang Bayern Muenchen, bukan?

Terlepas dari besarnya kualitas dan tingginya visi Del Bosque dan Loew dalam meracik strategi di setiap kesempatan, tugas keduanya terbilang lebih ringan tatkala bisa menunjuk starting XI dengan mata tertutup.

Kualitas tinggi pemain jelas lebih memudahkan pelatih dalam menyusun skuat.

Apalagi jika mereka terbiasa bermain bersama di satu klub, seperti halnya Xavi Hernandez dkk. di Barcelona atau Philipp Lahm cs. di Muenchen.

Ketika dipersatukan di timnas, Del Bosque maupun Loew tak lagi dipusingkan perihal kekhawatiran bakal kompak tidaknya tim yang mereka pimpin.

Keberuntungan Del Bosque dan Loew tak sebatas keistimewaan dalam melakukan pilihan, tapi juga dalam menikmati buah kerja Pep Guardiola di kedua klub tersebut.

Spanyol menjelang PD 2010 dan Jerman menuju PD 2014 mengantongi similaritas pada sosok Pep, yang berhasil memengaruhi kinerja pemain Barca dan Muenchen.

Memang, gelar juara Spanyol di Afsel dan Jerman di Brasil bukan serta-merta murni pekerjaan Pep.

Meski begitu, ada hubungan sebab akibat dalam aspek mental, taktik, kinerja, daya juang, sikap, hingga kepercayaan diri antara revolusi Pep di kedua klub tersebut dengan keuntungan yang diperoleh kedua timnas.

Dalam peta persaingan sepak bola yang semakin ketat, kualitas individu bawaan dari lahir tidaklah cukup. Butuh mental kuat, dan semua persyaratan di atas, guna menciptakan sebuat tim yang mumpuni untuk menyabet gelar juara.

Spanyol enam tahun lalu dan Jerman dua tahun silam memiliki ini semua berkat campur tangan Pep di klub mereka masing-masing.

Pep sudah tak menukangi Barca maupun Muenchen dan kini berlabuh di Manchester City. Kendati demikian, pengaruhnya di Etihad ikut bertanggung jawab pada kinerja La Furia Roja.

Tak percaya? Tengok siapa saja aktor gol Spanyol saat memenangi dua laga awal di bawah nakhoda Julen Lopetegui.

Ya, David Silva dan Nolito, dua anak asuh Pep di Manchester Biru. Silva memborong kedua gol dalam kemenangan 2-0 atas Belgia dan menambah dua gol serta satu assist dalam gelontoran delapan gol tanpa balas atas Liechtenstein.

Nolito, di sisi lain, menciptakan satu gol dan mengirim tiga assist di laga yang disebut terakhir.


Penyerang tim nasional Spanyol, Nolito, melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Turki dalam pertandingan Grup D Piala Eropa 2016 di Stadion Allianz Riviera, Nice, Prancis, pada 17 Juni 2016.(LAURENCE GRIFFITHS/GETTY IMAGES)

Bukan berarti Silva dan Nolito sebelumnya berperforma buruk. Namun, sama halnya dengan para pemain Barca dan Muenchen, mentalitas Silva dan Nolito mendadak kembali meroket setelah mendapat polesan khusus dari Pep.

Pantas dicatat bahwa saat menutup musim 2015/16 kondisi Silva agak menurun.

Selain Silva dan Nolito, skuat terkini yang disusun Lopetegui juga bermaterikan Javi Martinez dan Thiago Alcantara. Keduanya samasama dipoles Pep saat bermain di Muenchen. Thiago bahkan lama digembleng Pep semasa masih berseragam Blaugrana.

Keberuntungan yang menaungi Lopetegui tak hanya terdongkrak afek Pep, tapi juga tersokong polesan Zinedine Zidane di Real Madrid. Hingga penyusunan tim sebelum akhir pekan kemarin, Madrid masih memimpin klasemen La Liga 2016/17.

Sebuah bukti bahwa mentalitas para pemainnya masih setinggi sewaktu menjuarai Liga Champion di akhir Mei lalu.

Jika melihat persebaran menurut asal klub, Lopetegui memanggil enam pemain Madrid, lima pemain Barcelona, serta masing-masing dua pemain asal Man. City, Muenchen, Sevilla, dan Atletico Madrid.

Kelima klub ini, kecuali Atleti, samasama menyandang gelar di musim 2015/16. Madrid di LC, Barca di La Liga, City di Piala Liga, Muenchen di Bundesliga, dan Sevilla di Liga Europa.

Namun, Atleti sukses menapak final LC. Artinya, pemilihan pemain Lopetegui benar-benar dilandaskan kinerja apik para pemain di musim sebelumnya, dan sebagian keberuntungan Pep.

Segala persyaratan lengkap sudah dikantongi. Kini tinggal bagaimana Lopetegui memaksimalkannya, sebagaimana Del Bosque dan Loew melakukannya di dua PD terakhir.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P