Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Hanya, patut diingat bahwa sejumlah pesaing di Piala AFF punya kekuatan lebih baik dibanding Malaysia, yang tidak bisa memakai seluruh pemain terbaiknya di laga uji coba pada 6 September itu. Hal inilah yang menjadi pertimbangan Edy.
"Kalau nanti Indonesia kalah dari negara seperti Filipina, yang malu siapa? Apakah karena bersaing menjadi juara di TSC, lantas timnas terancam ditelanjangi negara lain di Piala AFF?," tutur Edy.
"Mana yang lebih penting, negara atau kelompok? Tentu negara yang menjadi prioritas," kata pria berusia 55 tahun itu.
Walau demikian, bukan berarti Edy hendak bertindak semena-mena. Ia mengaku siap secara baik-baik mendekati para pemilik klub.
"Saya akan ngomong kepada para voter soal ini. Saya mengerti bahwa klub sudah mengeluarkan uang untuk gaji pemain. Saya minta maaf, tetapi yang terjadi saat ini merupakan produk bersama," ujar Edy.
"Yang dibawa di Piala AFF itu lambang garuda di dada, sementara untuk TSC adalah klub di dada. Tentu sudah jelas mana yang lebih penting," ucapnya.
Kendati sudah merupakan kesepakatan klub, keputusan pembatasan maksimal dua pemain ke timnas sejauh ini belum bisa disebut sebagai harga mati. Masih ada waktu untuk menentukan prioritas sebelum timnas memasuki periode pelatnas intensif.
Timnas rencananya melakukan training camp (pemusatan latihan/TC) kecil pada 22-27 September.
[video]https://video.kompas.com/e/5128113255001_v1_pjuara[/video]