Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Wawancara Calon Ketum PSSI, Modal Nekat Sang Pangkostrad

By Minggu, 18 September 2016 | 11:58 WIB
Letjen Edy Rahmayadi saat memberi pernyataan pada acara ramah tamah Pangkostrad dengan insan pers di Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Makostrad), Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (30/8/2016). (SEGAF ABDULLAH/JUARA.NET)

Bawa ke ranah hukum. Semua pelanggaran ada pasalnya. Dengan aturan ketat, sebaliknya, saya akan kasih penghargaan terhadap orang-orang yang jujur dan disiplin.

Lantas bagaimana soal perbaikan kualitas pelatih di Indonesia?

Saya akan buat perjanjian dengan Menteri Pendidikan untuk mendorong kurikulum kepelatihan di beberapa fakultas olahraga. Nantinya, setiap pelatih harus melalui pendidikan ini. Cara itu juga berlaku untuk wasit. Wasit yang belum lewat pendidikan itu akan diwajibkan untuk menuntaskan terlebih dulu. Oleh sebab itu, untuk sementara akan saya pakai wasit dari TNI dan Polri.

Dengan latar belakang TNI, apa Anda akan menambah porsi disiplin dalam sepak bola?

Soal kedisiplinan berkaitan dengan mental. Para pemain mesti dibentuk mental bertandingnya. Memang, hal itu sangat sulit. Oleh sebab itu, kalau pemain bisa lebih disiplin, saya wajib menjamin masa depan mereka. Misalnya, kerja sama dengan BUMN untuk menampung pemain setelah pensiun.

Ngomong-ngomong soal BUMN, apa juga akan dimanfaatkan untuk menambah pemasukan PSSI?

Dana PSSI bersumber dari industri sepak bola dan CSR (corporate social responsibility) BUMN serta perusahaan swasta. Tetapi, saya tidak terlalu berharap pada dana CSR karena perusahaan pasti juga punya kepentingan. Saya tetap akan memaksimalkan industri sepak bola itu sendiri sebelum memanfaatkan CSR.

Soal rivalitas suporter. Apa yang akan dilakukan untuk menghentikan benturan?

Saya akan membentuk badan sendiri yang tugasnya mengurusi suporter. Jika ada yang bertindak kriminal, akan dihukum sesuai pasal yang berlaku. Sebaliknya, PSSI pun wajib memberi hadiah bagi suporter yang taat aturan.

Semua hukuman sudah dicoba oleh pengurus sebelumnya, tetapi tidak jitu menghentikan rivalitas. Apa pendapat Anda?