Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Ini Penyebab Leicester City Merana di Premier League 2016-2017

By Firzie A. Idris - Selasa, 13 September 2016 | 22:24 WIB
Pemain Leicester City, Ahmed Musa, bereaksi pada laga Liverpool vs Leicester di Anfield, 10 September 2016, di Liverpool, Inggris. (MICHAEL REGAN/GETTY IMAGES)

Kebalikannya, mereka kebobolan 1,8 gol per partai, dua kali catatan musim lalu yang 0,9 kali kebobolan per laga.


Striker Leicester City, Jamie Vardy, menatap langit pada laga Leicester vs Swansea di King Power Stadium pada 27 Agustus 2016 di Leicester, Inggris.(MICHAEL REGAN/GETTY IMAGES)

Perubahan gaya bermain terlihat.

Jika musim lalu Vardy cs membiarkan lawan mendikte bola dan melancarkan serangan balik kilat, musim ini status sebagai juara bertahan membuat mereka harus melakukan sebaliknya.

Lawan-lawan Leicester kini membiarkan The Foxes memainkan si kulit bundar lebih lama.

Hal ini terlihat dari jumlah penguasaan bola Leicester di paruh lapangan lawan yang lebih banyak (48%) musim ini ketimbang musim lalu (43%).

Para pemain Leicester mendapat ruang untuk melakukan operan lebih banyak ketimbang musim lalu (281,7 berbanding 240,4), indikasi bahwa lawan-lawan lebih hati-hati dalam menekan mereka ketimbang musim lalu.

Kelicinan para pemain juga belum maksimal. Jika musim lalu para pemain mencatatkan 11,3 dribel sukses per laga, jumlah ini turun menjadi 8,0.

Padahal, mereka mengakuisisi beberapa pemain lincah seperti Ahmed Musa.

Mungkin, hal paling ketara dari permainan Leicester musim ini adalah betapa buruk mereka berfungsi sebagai unit pertahanan tanpa N'Golo Kante yang hijrah ke Chelsea.