Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Mimpi Trofi FC Bayern dari Kebangkitan Franck Ribery

By Sabtu, 10 September 2016 | 10:12 WIB
Pelatih Bayern Muenchen, Carlo Ancelotti pada pertandingan International Champions Cup melawan Real Madrid di MetLife Stadium, East Rutherford, New Jersey, 03 Agustus 2016. (JEFF ZELEVANSKY/GETTY IMAGES)

Ketika mengantar Milan menjuarai Liga Champion pada 2002/03, Carletto bahkan sering memainkan secara bersamaan pemain kreatif seperti Andrea Pirlo, Clarence Seedorf, dan Manuel Rui Costa.

Namun, Ancelotti tak secara tiba-tiba menjadi penyuka pemain bertipe fantasista. Ia didewasakan oleh pengalaman.

Menolak Baggio

Pada periode awal kepelatihannya, tepatnya di Parma (1996- 1998), Ancelotti adalah fanatik skema 4-4-2.

Saking fanatiknya dengan pakem tersebut, Carletto sampai membuang kesempatan meminang salah satu fantasista terbaik Italia, Roberto Baggio.


Aksi penyerang Italia, Roberto Baggio, saat menghadapi Spanyol di babak 16 besr Piala Dunai 1994(SIMON BRUTY/GETTY IMAGES)

Ancelotti menganggap Baggio, yang ingin bermain sebagai penyerang lubang, tak punya tempat dalam taktik 4-4-2 racikannya.

"Melihat kisah itu sekarang, saya merasa gila. Bagaimana bisa Anda menyerah untuk sosok seperti Baggio? Saya waktu itu masih muda dan tak punya keberanian menceburkan diri ke dalam sesuatu yang tak begitu saya pahami," ujar Ancelotti dalam bukunya: Il Mio Albero Di Natale (Pohon Natalku).

Baca Juga:

Ancelotti pun berkembang menjadi pelatih yang fleksibel dan adaptif. Penentuan formasi betulbetul disesuaikan dengan materi yang ia miliki.