Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ada yang terlihat janggal di klasemen Primera Division La Liga 2016-2017. Bukan hanya karena Las Palmas yang duduk di singgasana melebihi pencapaian FC Barcelona dan Real Madrid, tetapi juga lantaran keberadaan trio Athletic Bilbao, Celta Vigo, dan Valencia di tiga tangga terbawah.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Bilbao, Celta, dan Valencia memang bukan calon terkuat peraih mahkota La Liga pada musim ini. Namun, tidak pada tempatnya pula para pelanggan reguler di kompetisi Eropa ini terbenam di dasar klasemen.
Posisi Bilbao masih bisa dimaafkan karena salah satu lawan yang mereka hadapi dalam dua jornada awal adalah Barcelona, kampiun dalam dua edisi terakhir. Begitu pula dengan Celta yang harus bersua Real Madrid, dua kali jawara Benua Biru dalam tiga musim ke belakang.
Valencia di sisi lain, hanya bertemu Las Palmas dan Eibar. Ketika musim belum bergulir, keduanya sama-sama masuk bursa degradasi, sehingga di atas kertas seharusnya Los Che bisa meraup enam angka dari mereka.
Celakanya, Dani Parejo dkk justru sama sekali gagal mengamankan satu poin pun.
“Hasil ini membuat saya frustrasi. Mengapa? Karena jika bermain baik seperti yang kami perlihatkan dalam laga ini dan laga melawan La Palmas sebelumnya, seharusnya kami bisa menang. Dengan permainan seperti itu, kami bisa memenangi delapan dari 10 laga,” ungkap Pako Ayestaran, pelatih Ches, di situs resmi klub.
Seperti halnya ketika melawan Las Palmas, laga kontra Eibar, akhir pekan kemarin, juga dilalui dengan apik. Anak-anak asuh Pako menguasai penuh jalannya laga. Dimulai ball possession yang mencapai 61 persen, tembakan yang menyentuh 16 kali, hingga elemen lain dalam pertandingan.
Statistik tersebut menunjukkan adanya perbaikan signifikan dibandingkan perjalanan mereka pada musim 2015-2016. Lini depan terlihat tak lagi buntu dalam mengkreasikan serangan. Barisan tengah pun sudah mulai kembali bisa menjadi aktor dominan atas lawan.
Kendati demikian, total 29 peluang yang diciptakan dalam dua laga itu menjadi sia-sia karena cuma berbuah dua gol. Semakin menjadi nirmakna lantaran pada saat yang bersamaan gawang Valencia bobol hingga lima kali. Empat gol masuk dalam kekalahan 2-4 dari La Palmas dan satu gol dalam kekalahan 0-1 dari Eibar.
180 Menit, 18 Pemain
Pako mungkin bisa berdalih bahwa timnya belum sepenuhnya padu akibat banyaknya pemain yang hijrah. Untuk kasus Andre Gomes, Rodrigo de Paul, Antonio Arragan, Javi Fuego, Sofiane Foghouli, Alvaro Negredo, dan Denis Cheryshev, alasannya bisa diterima.
Namun, pada kedua jornada tersebut, Pako masih bisa merumputkan Paco Alcacer dan Shkodran Mustafi, di luar akuisisi anyar semodel Nani, Alvaro Medran, Martin Montoya, hingga Mario Suarez. Nama-nama ini jelas punya kualitas di atas personel Las Palmas maupun Eibar, sehingga Ches tak layak takluk.
“Kami menjadi tim yang dominan dalam kedua laga tersebut. Pada laga ini (melawan Eibar) keputusan wasit memengaruhi kinerja kami secara overall. Meski begitu, saya menyimpan keyakinan tinggi karena Valencia bermain dengan identitas kental, dominan, dan terus menebar ancaman,” kata Suarez, menyinggung penalti yang diberikan wasit buat Eibar.
Suarez sendiri baru tampil pada laga kedua. Ia menjadi salah satu bagian dari perombakan yang dilakoni Pako sejak gelaran jornada pembuka. Tak cuma dari formasi yang berubah dari 4-2-3-1 ke 4-3-3, tapi juga dari perspektif personel yang menempati posisi masing-masing.
Saat laga kontra Las Palmas, Valencia menurunkan Matt Ryan, Luis Gaya, Joao Cancelo, Ruben Vezo, Montoya, Abdennour, Medran, Enzo Perez, Parejo, Alcacer, dan Santi Mina. Pemain yang disebut terakhir sukses mengemas kedua gol Valencia, tapi duet Cancelo-Vezo ikut bertanggung jawab dalam masuknya empat gol.
Sementara itu, dalam laga melawan Eibar, Ches tampil dengan formasi Ryan, Cancelo, Gaya, Abdennour, Andre Santos, Perez, Suarez, Nani, Mina, Rodrigo, dan Parejo. Lini belakang dengan duet Gaya-Abdennour terbukti lebih solid, tapi lini depan ganti menjadi mandul.
Walaupun dinilai berhasil memperbaiki mentalitas tim setelah babak belur di tangan Gary Neville sehingga diberikan status pelatih alih-alih caretaker, Pako seolah kehilangan kendali timnya. Pemilihan hingga 18 pemain dalam tempo 180 menit setidaknya menggambarkan kebingungan Pako dalam memilih starting XI.
Ada sisi positif dari jeda kompetisi, meski Valencia menyuplai sembilan pemain untuk sejumlah timnas. Pako bisa melakoni evaluasi mendalam sebelum kembali terjun pada jornada 3 melawan Real Betis di Mestalla.
Jika kembali gagal meraup angka, Pako harus siap menemani Hector Cuper sebagai pelatih dengan start terburuk setelah melewati awal 1999-2000 bermodal empat kalah dan satu seri.